Senin, 31 Desember 2018

Cara Muhasabah Diri


  


Beranda  Naskah Khutbah  Khutbah Jumat  Khutbah Jumat: Cara Muhasabah Diri
NASKAH KHUTBAHKHUTBAH JUMATBELAJAR ISLAMMANAJEMEN QOLBU
Khutbah Jumat: Cara Muhasabah Diri
Penulis Muhammad Abduh Tuasikal, MSc -  December 22, 2017 2121 0


Download

Bagaimana cara muhasabah diri?

Khutbah Pertama
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ هَدَانَا اللَّهُ لَقَدْ جَاءَتْ رُسُلُ رَبِّنَا بِالْحَقِّ وَنُودُوا أَنْ تِلْكُمُ الْجَنَّةُ أُورِثْتُمُوهَا بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ

أَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ

وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ سَارَ عَلَى نَهْجِهِ القَوِيْمِ وَدَعَا إِلَى الصِّرَاطِ المُسْتَقِيْمِ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا

اللّهُمَّ عَلِّمْنَا مَا يَنْفَعُنَا، وَانْفَعَنَا بِمَا عَلَّمْتَنَا، وَزِدْنَا عِلْماً، وَأَرَنَا الحَقَّ حَقّاً وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرَنَا البَاطِلَ بَاطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ

Amma ba’du:

Para jama’ah shalat Jum’at Masjid Jami’ Al-Adha Pesantren Darush Sholihin rahimani wa rahimakumullah …

Marilah kita senantiasa bersyukur atas nikmat yang telah Allah anugerahkan kepada kita sekalian. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada junjungan dan suri tauladan kita, Nabi besar Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Penting sekali kita muhasabah diri atau mengoreksi diri. Muhasabah adalah melihat pada amalan yang telah dilakukan oleh jiwa, lalu mengoreksi kesalahan yang dilakukan dan menggantinya dengan amalan shalih.

Kita yakin, kita semua penuh kekurangan, entah masih terus menerus dalam bermaksiat, kurang dalam ketaatan bahkan kadang bermudah-mudahan meninggalkan kewajiban.

Allah memerintahkan kita untuk muhasabah diri,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ (18) وَلَا تَكُونُوا كَالَّذِينَ نَسُوا اللَّهَ فَأَنْسَاهُمْ أَنْفُسَهُمْ أُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ (19)

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasik.” (QS. Al-Hasyr: 18-19)

Inilah yang menjadi dalil agar kita bisa mengoreksi diri (muhasabah). Jika tergelincir dalam kesalahan, maka dikoreksi dan segera bertaubat lalu berpaling dari segala perantara yang dapat mengantarkan pada maksiat. Kalau kita melihat ada kekurangan dalam amalan yang wajib, maka berusaha keras untuk memenuhinya dengan sempurna dan meminta tolong pada Allah untuk dimudahkan dalam ibadah.

Lihatlah doa yang diajarkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam supaya dimudahkan dalam ibadah seperti dalam hadits berikut ini.

Dari Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah memegang tangannya lalu berkata,

يَا مُعَاذُ وَاللَّهِ إِنِّى لأُحِبُّكَ وَاللَّهِ إِنِّى لأُحِبُّكَ

“Wahai Mu’adz, demi Allah, sesungguhnya aku mencintaimu, sungguh aku mencintaimu.”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam selanjutnya bersabda, “Aku memberikanmu nasihat, wahai Mu’adz. Janganlah engkau tinggalkan saat di penghujung shalat bacaan doa:

اَللَّهُمَّ أَعِنِّي عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ

ALLOOHUMMA A’INNII ‘ALAA DZIKRIKA WA SYUKRIKA WA HUSNI ‘IBAADATIK (Ya Allah, tolonglah aku dalam berdzikir, bersyukur, dan beribadah yang baik kepada-Mu).”) HR. Abu Daud, no. 1522; An-Nasa’i, no. 1304. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih.)

Hanya dengan pertolongan Allah-lah, kita bisa mudah melakukan ibadah dan menjauhi maksiat.

Para jama’ah shalat Jum’at Masjid Jami’ Al-Adha Pesantren Darush Sholihin yang semoga senantiasa dirahmati oleh Allah.

Apa Manfaat Muhasabah?

Pertama: Meringankan hisab pada hari kiamat.

‘Umar bin Al-Khattab radhiyallahu ‘anhu pernah mengatakan, “Hisablah diri kalian sebelum kalian dihisab, itu akan memudahkan hisab kalian kelak. Timbanglah amal kalian sebelum ditimbang kelak. Ingatlah keadaan yang genting pada hari kiamat,

يَوْمَئِذٍ تُعْرَضُونَ لَا تَخْفَى مِنْكُمْ خَافِيَةٌ

“Pada hari itu kamu dihadapkan (kepada Rabbmu), tiada sesuatupun dari keadaanmu yang tersembunyi (bagi Allah).” (QS. Al-Haqqah: 18).” (Az-Zuhud li Ibnil Mubarak, hlm. 306. Lihat A’mal Al-Qulub, hlm. 371.)

Al-Fudhail bin ‘Iyadh rahimahullah mengatakan, “Mukmin itu yang rajin menghisab dirinya dan ia mengetahui bahwa ia akan berada di hadapan Allah kelak. Sedangkan orang munafik adalah orang yang lalai terhadap dirinya sendiri (enggan mengoreksi diri, pen.). Semoga Allah merahmati seorang hamba yang terus mengoreksi dirinya sebelum datang malaikat maut menjemputnya.” (Tarikh Baghdad, 4:148. Lihat A’mal Al-Qulub, hlm. 372.)

Kedua: Terus bisa berada dalam petunjuk

Sebagaimana disebutkan oleh Imam Al-Baidhawi rahimahullah dalam tafsirnya bahwa seseorang bisa terus berada dalam petunjuk jika rajin mengoreksi amalan-amalan yang telah ia lakukan. (Tafsir Al-Baidhawi, 1:131-132. Lihat A’mal Al-Qulub, hlm. 372.)

Ketiga: Mengobati hati yang sakit

Karena hati yang sakit tidaklah mungkin hilang dan sembuh melainkan dengan muhasabah diri.

Keempat: Selalu menganggap diri penuh kekurangan dan tidak tertipu dengan amal yang telah dilakukan.

Kelima: Membuat diri tidak takabbur (sombong)

Cobalah lihat apa yang dicontohkan oleh Muhammad bin Wasi’ rahimahullah ketika ia berkata,

لَوْ كَانَ لِلذُّنُوْبِ رِيْحٌ مَا قَدَرَ أَحَدٌ أَنْ يَجْلِسَ إِلَيَّ

“Andaikan dosa itu memiliki bau, tentu tidak ada dari seorang pun yang ingin duduk dekat-dekat denganku.” (Muhasabah An-Nafs, hlm. 37. Lihat A’mal Al-Qulub, hlm. 373.)

Keenam: Seseorang akan memanfaatkan waktu dengan baik

Dalam Tabyin Kadzbi Al-Muftari (hlm. 263), Ibnu ‘Asakir pernah menceritakan tentang Al-Faqih Salim bin Ayyub Ar-Razi rahimahullah bahwa ia terbiasa mengoreksi dirinya dalam setiap nafasnya. Ia tidak pernah membiarkan waktu tanpa faedah. Kalau kita menemuinya pasti waktu Salim Ar-Razi diisi dengan menyalin, belajar atau membaca.

Maka siapa pun hendaklah muhasabah diri, baik orang yang bodoh maupun orang yang berilmu karena manfaat yang besar seperti yang telah disebut di atas. Sebelum beramal hendaklah kita bermuhasabah, begitu pula setelah kita beramal, kita bermuhasabah pula. Jangan sampai amal kita menjadi,

عَامِلَةٌ نَاصِبَةٌ (3) تَصْلَى نَارًا حَامِيَةً (4)

“Bekerja keras lagi kepayahan, malah memasuki api yang sangat panas (neraka).” (QS. Al-Ghasyiyah: 3-4). Kata Ibnu Katsir rahimahullah, seseorang menyangka telah beramal banyak dan merasakan kepayahan, malah pada hari kiamat ia masuk neraka yang amat panas. (Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 7:549)

Bagaimana Cara Muhasabah?

Pertama: Mengoreksi diri dalam hal wajib, apakah punya kekurangan ataukah tidak. Karena melaksanakan kewajiban itu hal pokok dalam agama ini dibandingkan dengan meninggalkan yang haram.

Kedua: Mengoreksi diri dalam hal yang haram, apakah masih dilakukan ataukah tidak.

Contoh, jika masih berinteraksi dengan riba, maka ia berusaha berlepas diri darinya. Jika memang pernah mengambil hak orang lain, maka dikembalikan. Kalau pernah mengghibah orang lain, maka meminta maaf dan mendoakan orang tersebut dengan doa yang baik. Dalam perkara lainnya yang tidak mungkin ada koreksi (melainkan harus ditinggalkan, seperti minum minuman keras dan memandang wanita yang bukan mahram), maka diperintahkan untuk bertaubat, menyesal dan bertekad tidak mau mengulangi dosa itu lagi, ditambah dengan memperbanyak amalan kebaikan yang dapat menghapus kejelekan.

Allah Ta’ala berfirman,

وَأَقِمِ الصَّلَاةَ طَرَفَيِ النَّهَارِ وَزُلَفًا مِنَ اللَّيْلِ إِنَّ الْحَسَنَاتِ يُذْهِبْنَ السَّيِّئَاتِ ذَلِكَ ذِكْرَى لِلذَّاكِرِينَ

“Dan dirikanlah shalat itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bahagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat.” (QS. Hud: 114)

Ketiga: Mengoreksi diri atas kelalaian yang telah dilakukan. Contoh sibuk dengan permainan dan menonton yang sia-sia.

Keempat: Mengoreksi diri dengan apa yang dilakukan oleh anggota badan, apa yang telah dilakukan oleh kaki, tangan, pendengaran, penglihatan dan lisan. Cara mengoreksinya adalah dengan menyibukkan anggota badan tadi dalam melakukan ketaatan.

Kelima: Mengoreksi diri dalam niat, yaitu bagaimana niat kita dalam beramal, apakah lillah ataukah lighairillah (niat ikhlas karena Allah ataukah tidak). Karena niat itu biasa berubah, terombang-ambing. Karenanya hati itu disebut qalb, karena seringnya terombang-ambing.

Demikian khutbah pertama ini. Moga Allah memberi taufik dan hidayah.

أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا َوَاسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ المُسْلِمِيْنَ إِنَّهُ هُوَ السَمِيْعُ العَلِيْمُ

Khutbah Kedua
أَحْمَدُ رَبِّي وَأَشْكُرُهُ ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ نَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ

Jamaah Shalat Jumat yang moga senantiasa diberkahi oleh Allah Ta’ala …

Marilah kita senantiasa mengoreksi diri (bermuhasabah) dan terus meminta tolong kepada Allah agar dimudahkan dalam ibadah. Contoilah para salaf dahulu.

‘Umar bin Al-Khattab radhiyallahu ‘anhu pernah menghukumi dirinya dengan mengeluarkan sedekah berupa tanah yang harganya 200.000 dirham karena luput dari shalat ‘Ashar secara berjamaah.

Lihatlah bagaimana Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma pernah suatu kali luput dari shalat berjamaah, ia malah mengganti dengan menghidupkan malam seluruhnya.

Ibnu Abi Rabi’ah rahimahullah pernah luput dari dua raka’at shalat Sunnah Fajar, untuk tebusannya, ia membebaskan seorang budak.

Ibnu ‘Aun rahimahullah pernah melakukan kesalahan, ketika ibunya memanggilnya, ia malah menjawab dengan suara keras. Ia pun akhirnya membebaskan dua orang budak. (Hilyah Al-Auliya’, 3:39. Lihat A’mal Al-Qulub, hlm. 385)

Lantas bagaimana dengan kita? Kita sudah banyak lalai, namun tak sadar untuk memperbaiki diri.

Di hari Jumat yang penuh berkah ini, kami ingatkan untuk memperbanyak shalawat pada Nabi kita Muhammad. Siapa yang bershalawat pada Nabi sekali, maka Allah akan membalas shalawatnya sebanyak sepuluh kali. Juga tak lupa nantinya kita berdoa pada Allah di hari penuh berkah ini, moga doa-doa kita diperkenankan oleh Allah Ta’ala.

إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَةِ

اللَّهُمَّ اقْسِمْ لَنَا مِنْ خَشْيَتِكَ مَا يَحُولُ بَيْنَنَا وَبَيْنَ مَعَاصِيكَ وَمِنْ طَاعَتِكَ مَا تُبَلِّغُنَا بِهِ جَنَّتَكَ وَمِنَ الْيَقِينِ مَا تُهَوِّنُ بِهِ عَلَيْنَا مُصِيبَاتِ الدُّنْيَا وَمَتِّعْنَا بِأَسْمَاعِنَا وَأَبْصَارِنَا وَقُوَّتِنَا مَا أَحْيَيْتَنَا وَاجْعَلْهُ الْوَارِثَ مِنَّا وَاجْعَلْ ثَأْرَنَا عَلَى مَنْ ظَلَمَنَا وَانْصُرْنَا عَلَى مَنْ عَادَانَا وَلاَ تَجْعَلْ مُصِيبَتَنَا فِى دِينِنَا وَلاَ تَجْعَلِ الدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّنَا وَلاَ مَبْلَغَ عِلْمِنَا وَلاَ تُسَلِّطْ عَلَيْنَا مَنْ لاَ يَرْحَمُنَا

رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ

اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الهُدَى وَالتُّقَى وَالعَفَافَ وَالغِنَى

اللَّهُمَّ أَحْسِنْ عَاقِبَتَنَا فِى الأُمُورِ كُلِّهَا وَأَجِرْنَا مِنْ خِزْىِ الدُّنْيَا وَعَذَابِ الآخِرَةِ

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ و َمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن.

وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ

Referensi utama:
A’mal Al-Qulub. Cetakan pertama, Tahun 1438 H. Syaikh Muhammad Shalih Al-Munajjid. Penerbit Al-‘Ubaikan. Hlm. 361-385.

Naskah Khutbah Jumat

Oleh: Muhammad Abduh Tuasikal

@ Masjid Jami’ Al-Adha, Pesantren Darush Sholihin Panggang Gunungkidul

Jumat Pon, 4 Rabi’uts Tsani 1439 H

Disusun @ Perpus Darush Sholihin, saat Jumat siang, Jumat Pon, 4 Rabi’uts Tsani 1439 H

Oleh: Muhammad Abduh Tuasikal

Artikel Rumaysho.Com

Print Friendly, PDF & Email

TOPIKMUHASABAHTAUBAT

Artikel sebelumnya
Manhajus Salikin: Mengusap Khuf Hanya untuk Hadats Kecil
Artikel selanjutnya
Menolong yang Susah Hingga Faedah Menuntut Ilmu

Muhammad Abduh Tuasikal, MSc
http://www.rumaysho.com
Lulusan S-1 Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada Yogyakarta dan S-2 Polymer Engineering (Chemical Engineering) King Saud University, Riyadh, Saudi Arabia. Guru dan Masyaikh yang pernah diambil ilmunya: Syaikh Shalih Al-Fauzan, Syaikh Sa'ad Asy-Syatsri dan Syaikh Shalih Al-'Ushaimi. Sekarang menjadi Pimpinan Pesantren Darush Sholihin, Panggang, Gunungkidul.
    
ARTIKEL TERKAITDARI PENULIS

Hadits Arbain #18: Takwa, Mengikutkan Kejelekan dengan Kebaikan, dan Berakhlak Mulia

Hijrah Belum Tuntas

[Booklet] Jangan Pandang Masa Lalunya
TINGGALKAN KOMENTAR

Komentar:

Nama:*

Email:*

Website:
Simpan nama, email dan situs untuk komentar selanjutnya





ARTIKEL TERBARU

Biar Tidak Sia-Sia
Faedah Ilmu December 31, 2018

Fikih Prioritas
Amalan December 31, 2018

Faedah Sirah Nabi: Pemboikotan dari Orang Quraisy
Teladan December 28, 2018

Khutbah Jumat: Bermaksiat dengan Gadget
Khutbah Jumat December 28, 2018

Shalat Sunnah Witir #02
Shalat December 26, 2018
INFO DARUSH SHOLIHIN

PENDIDIKAN ANAK


DARUSH SHOLIHIN

Donasi Sunatan Massal 25-12-2018
Donasi Baksos Kajian Akbar Gading, 9 Desember 2018
Donasi Baksos Sekaligus Tabligh di Botodayaan Gunungkidul 18 November 2018
Masih Terus Menerima Jilbab, Koko, Gamis Muslimah Layak Pakai
REMAJA ISLAM

Bagi yang PHP dan di-PHP
Dari Mata Turun Ke Hati
DS MUDA

Tua Begitu Semangat Ngaji, Anda yang Muda Bagaimana?
Nelayan di Pantai Gesing
KHUTBAH JUM’AT

About Me
© Rumaysho 2018, All Rights Reserved

Baca Selengkapnya : https://rumaysho.com/16979-khutbah-jumat-cara-muhasabah-diri.html

Rabu, 26 Desember 2018

YANG LEBIH BAIK*

🌺 💎☘🌹 *YANG LEBIH BAIK*

📢 Saudariku yang berbahagia diatas islam dan sunnah….

📢 Saudariku yang aku hormati, Sungguh aku berusaha selalu untuk mencari teman yg terbaik dalam hidupku…

👤 Tetapi tidak kutemukan teman yang lebih baik untukku dari pada *menjaga lidah/lisan ini.*

🧥 Aku selalu memikirkan tentang semua pakaian yang terbaik untukku…..

👉🏻 Tetapi tidak kutemukan pakaian yang lebih baik selain *Takwa kepada Allah سبحانه وتعالى .*

💰 Dan aku selalu memikirkan tentang berbagai macam kekayaan untuk diriku…

👉🏻 Tetapi tidak kutemukan kekayaan yang lebih baik daripada *merasa puas dan cukup dengan yang sedikit* dari nikmat-nikmat ALLAH,

👥 Aku selalu memikirkan tentang semua perbuatan baik…

👉🏻 Tetapi tidak kutemukan yg lebih baik dari pada *memberikan nasihat yang baik,* yang bersumber dari Al-Qur’an dan sunnah….

🍽 Aku mencari semua jenis makanan….

👉🏻 Tetapi tidak kutemukn makanan yang lebih baik kecuali *kesabaran…*

🌹 Tetaplah tersenyum wahai saudariku,

👉🏻 walaupun kesulitan dan cobaan datang menimpa kita. Hafidzokumulloh

✒️ Ditulis oleh Ustadz Ahmad Ferry Nasution حفظه الله

🌐 BBG Al-Ilmu
══════ 🌺✿🌺 ══════ 
Repost by :  
☘ *MUSLIMAH ISTIQOMAH* ☘group sharing Artikel Islami menarik via WhatsApp seputar Muslimah (  _akhwat_ )
☎ Admin : +62812 6468 4099 / +62 812-6978-3348
(utk bergabung silahkan kirim pesan via WA dgn format: #Nama#Kota Domisili#No WA)

Kamis, 20 Desember 2018

Interaksi Ikhwan-Akwat


Search...

Situs-situs Yayasan Pendidikan Islam Al Atsary
YPIA
Muslim.or.id
Muslimah.or.id
Radio Muslim
Ma'had Umar
Ma'had Ilmi
Muslim Store
Buletin At Tauhid
FKIM
FKKA
Kampus Tahfidz
Wisma Muslim
SDIT Yaa Bunayya
Muslimah.Or.Id
Landasan Agama
Aqidah
Manhaj
Al Qur’an
Hadits
Fikih dan Muamalah
Fikih
Keluarga
Parenting
Pendidikan Anak
Kesehatan
Keluarga dan Wanita
Lain-Lain
Akhlak Islami
Akhlak dan Nasehat
Kisah
Pojok Hikmah
Tahukah Engkau Saudariku?
Adab dan Doa
Landasan Agama
Aqidah
Manhaj
Al Qur’an
Hadits
Fikih dan Muamalah
Fikih
Keluarga
Parenting
Pendidikan Anak
Kesehatan
Keluarga dan Wanita
Lain-Lain
Akhlak Islami
Akhlak dan Nasehat
Kisah
Pojok Hikmah
Tahukah Engkau Saudariku?
Adab dan Doa
Donasi Web Donasi Web
Akhlak dan Nasehat
Kehormatanmu, Wahai Saudaraku … 5 (Internet, HP, dan Pandangan Mata)
Umi Farikhah November 12, 2011 20 Comments
Share on Facebook
Share on Twitter
Ketujuh: Majalah porno dan kisah-kisah murahan

Berbagai bentuk majalah yang mengumbar nafsu, kisah-kisah yang penuh senda gurau, film-film murahan, serta cerita-cerita yang merusak akhlak sangat berperan dalam membangkitkan dan menyebarkan perbuatan zina dan keji.

Apa bedanya memandang seorang wanita di majalah-majalah dengan di dunia nyata? Mungkin ada yang mengatakan, “Sudah tentu berbeda karena di dunia nyata objeknya nyata, sedangkan jika melihat di majalah, objeknya tidak nyata.”

Mungkin memang benar perkataan itu, namun tidakkah kita tahu bahwasannya hanya dengan melihat gambar-gambar yang tidak senonoh, nafsu para lelaki dapat dibangkitkan dengan mudah? Untuk apa kita melihat gambar-gambar yang ada di majalah membuat pikiran tidak karuan? Allahu a’lam.

Majalah-majalah yang berisi aneka bentuk dan tampilan bertujuan mengajak kepada perbuatan fasik dan dosa yang membangkitkan hawa nafsu serta melanggar larangan Allah Ta’ala dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Di antara tampilan murahan tersebut adalah:

Gambar-gambar penuh godaan yang dimuat di sampul-sampul majalah. Begitu juga isinya.
Foto para wanita yang mengenakan dengan berbagai perhiasan yang memenuhi tubuhnya, padahal foto-foto itu hanya memuat penipuan belaka.
Perkataan-perkataan jorok serta ungkapan dan kalimat yang tersusun memikat, namun jauh dari sifat malu dan kemuliaan. Wallahu a’lam.
Kisah-kisah percintaan serta berita-berita seputar selebriti (para artis), penyanyi, dan penari dari kalangan orang-orang fasik, baik dari kaum Adam maupun Hawa.
Isi majalah-majalah tersebut jelas-jelas mengajak kepada perbuatan tabarruj (bersolek) di hadapan lelaki yang bukan mahram, ikhtilath (campur baur) antara lelaki dan wanita yang bukan mahram, serta tindakan mencabik-cabik hijab muslimah.

Tak lupa pula, pameran busana yang mewah namun telanjang ditujukan kepada para wanita mukminah untuk menjerumuskan mereka dalam budaya telanjang dan tasyabbuh (meniru) para wanita “nakal”. Na’udzubillah min dzalik.

Diekspos pula tentang gaya pelukan, ciuman, antara lelaki dengan wanita. Termasuk juga dimuatnya berbagai macam cerita dan perkataan-perkataan menggebu-gebu yang membangkitkan nafsu para pemuda dan pemudi, sehingga cerita tersebut akan mendorong mereka untuk mengikuti jalan hidup yang menyesatkan dan menyimpang. Akhirnya, mereka akan terjerumus dalam perbuatan zina (keji), dosa, dan percintaan yang diharamkan.

Kedelapan: Penyimpangan penggunaan alat telekomunikasi (telepon atau HP)

Tidaklah menjadi rahasia lagi bagi setiap muslim bahwa segala kenikmatan –yang dilimpahkan Allah Ta’ala kepada kita– tidak terhitung jumlahnya. Di antara nikmat-nikmat tersebut adalah ketersediaan alat komunikasi. Allah Ta’ala yang memudahkannya untuk kita, dengan segala kemurahan dan kemuliaan-Nya. Seorang muslim yang cerdas tidak akan salah menyikapi nikmat-nikmat yang telah Allah berikan. Allah Maha Mengetahui, siapa saja hamba yang bersyukur di antara sekian banyak hamba yang kufur (ingkar).

Hendaknya kita tergolong orang yang pandai bersyukur atas nikmat-nikmat tersebut. Allah Ta’ala berfirman,

وَاشْكُرُواْ نِعْمَتَ اللّهِ إِن كُنتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ

“Dan syukurilah nikmat Allah, jika hanya kepada-Nya kamu menyembah.” (Q.s. An-Nahl: 114)

لَئِن شَكَرْتُمْ لأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ

“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu. Dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku) maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (Q.s. Ibrahim: 7)

وَمَا بِكُم مِّن نِّعْمَةٍ فَمِنَ اللّهِ ثُمَّ إِذَا مَسَّكُمُ الضُّرُّ فَإِلَيْهِ تَجْأَرُونَ

“Dan apa saja nikmat yang ada padamu, maka dari Allah-lah (datangnya). Dan bila kamu ditimpa oleh kemudaratan maka hanya kepada-Nya-lah kamu meminta pertolongan.” (Qs. An-Nahl : 53)

Akan tetapi, jika kita tidak menggunakan nikmat tersebut secara benar atau bahkan memberikan koneksi kepada orang asing tanpa ada pengawasan, berubahlah nikmat alat-alat komunikasi tersebut menjadi hal-hal yang membinasakan dan menghancurkan harga diri dan kemuliaan seseorang.

Padahal Allah Ta’ala berfirman,

ثُمَّ لَتُسْأَلُنَّ يَوْمَئِذٍ عَنِ النَّعِيمِ

“Kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia).” (Q.s. At-Takatsur: 8)

Mungkin pada mulanya, sekadar perbuatan iseng yang tidak berguna. Namun ternyata, berakhir dengan kerugian dan kedustaan. Bisa juga berawal dari salah sambung. Mulanya dari sebuah panggilan salah sambung atau SMS salah kirim, akhirnya berlanjut ke pembicaraan yang mengarah kepada perkenalan, atau bahkan menuju kemaksiatan!

Saya akan berikan contoh nyata dalam kehidupan kita sekarang ini, yaitu masih adanya fenomena lelaki muslim dan wanita muslimah yang bukan mahram melakukan SMS-an, dengan dalih untuk berdakwah atau menyambung silaturahim.

Wahai jiwa-jiwa yang lalai, pahamilah arti dari masing-masing dalih itu. Jika suatu cara dilakukan dengan tujuan baik, namun cara itu harus melanggar syariat Allah Ta’ala, apakah cara itu masih bisa dikatakan baik? Apakah para lelaki muslim yang tidak pandai menjaga dirinya itu tidak berpikir bahwa SMS yang dia kirimkan –walau hanya sekadar ucapan salam atau kiriman hadits-hadits yang berisikan hikmah yang baik– tidak dapat menimbulkan fitnah (godaan) terhadap para wanita yang bukan mahram mereka? Bisakah mereka menjamin tidak akan muncul fitnah (godaan)?

Telah saya jelaskan di awal tulisan ini bahwa wanita itu dapat terfitnah juga dengan sesuatu yang ada dalam diri seorang lelaki muslim (baca: ikhwan), baik itu berupa perhatian, kebaikan, kelembutan, dan ungkapan-ungkapan manis terhadapnya.

Ini perlu menjadi perhatian para ikhwan agar mereka semua berusaha tidak melakukan pelanggaran dalam penggunaan alat telekomunikasi, khususnya HP (handphone). Bagaimana bisa seseorang yang mengaku paham ilmu agama tidak mengetahui faktor-faktor fitnah (godaan)? Kita berusaha berpikir positif bahwa mungkin saja dia terlupa akan ilmu yang selama ini dipelajari, mungkin ia sedang khilaf, atau bisa juga karena tidak ada teman yang menasihati dan mengingatkannya. Bukan ingin menyalahkan seorang laki-laki dalam penggunaan alat telekomunikasi ini, melainkan hendaknya ikhwan dan akhwat berusaha membuat batas-batas dalam komunikasi yang terjadi antara mereka.

Saya berikan sedikit penjelasan agar para ikhwan dapat memahaminya dengan baik, insya Allah. Misalnya, jika ada seorang akhwat yang mengirimkan SMS ke nomor HP si ikhwan, hendaknya dia benar-benar selektif dalam membalasnya. Mengapa demikian? Karena bisa saja wanita ini hanya ingin mengetes ikhwan tersebut, hanya ingin mencari perhatian, atau hanya mengisi waktu luang dengan mengirim SMS kepada lelaki yang bukan mahramnya.

Jika memang harus berkomunikasi dengan wanita yang bukan mahram kita, gunakanlah kata-kata yang nadanya datar, maksudnya tidak bertele-tele atau mendayu-dayu layaknya sedang merayu istri, atau dengan basa-basi yang tidak ditahui ujungnya membicarakan apa. Selesai keperluan, tidak perlu harus bertanya hal-hal yang bukan haknya untuk diketahui. Contohnya:

Ikhwan: Assalamu ’alaykum, Ukhtiy. Maaf,  kitab berjudul A karya siapa?
Akhwat: Wa’alaykumus salaam wa rahmatullahi wa barakatuh. Karya B.

Selesai urusannya. Tidak perlu harus bertanya yang tidak ada manfaatnya. Contohnya :

Ikhwan : Jazaakillahu khoyran ya, Ukhtiy. Waktu itu belinya di mana? Dengan siapa? Oiya, anti sudah baca? Kalau sudah, bagus tidak? Kapan-kapan, saya boleh pinjam ya, Ukhtiy? Apa anti sekarang lagi membacanya ya? Semangat ya, Ukhtiy!

Mungkin juga dapat berupa pertanyaan yang jauh lebih aneh dan memalukan. Contohnya:

Ikhwan: Assalamu ’alaykum, Ukhtiy. Apa info kajian hari ini telah dikirim?
Akhwat: Wa’alaykumus salaam wa rahmatullahi wa barakatuh. Sudah.
Ikhwan: Jazaakillahu khoyran ya, Ukhtiy. Nanti berangkat atau tidak? Sama siapa berangkatnya? Jangan lupa membawa buku catatan ya, Ukhtiy…!

Subhanallah ….

Wahai para lelaki muslim, sungguh semua ini pertanda seorang laki-laki tidak pandai menjaga dirinya. Mengapa? Bisa saja, bermula dari percakapan yang ringan dan sederhana, hingga percakapan yang semakin lama semakin tidak ada faedahnya. Haruskah pertanyaan-pertanyaan yang seharusnya tidak ditujukan pada orang yang bukan mahram kita keluar dari lisan kita? Ataukah rasa takut akan munculnya fitnah (godaan) telah hilang dari jiwa ini? Sekali saja seorang laki-laki membuka kesempatan kepada seorang wanita untuk melakukan percapakan yang tidak penting, maka wanita tersebut akan berusaha membuka percakapan-percakapan selanjutnya yang jauh lebih tidak penting lagi. Ini telah terjadi di zaman sekarang.

Mungkin bisa saja kita menghapus pesan-pesan yang ada di dalam HP kita, atau dengan mengganti nama lelaki menjadi nama wanita di dalam phonebook HP kita, atau sebaliknya. Wahai para lelaki, bersikap jujurlah dan jangan hancurkan diri dengan kedustaan.

“Sesungguhnya kejujuran adalah sebuah kebajikan, sedangkan kebajikan akan menuntun seseorang menuju surga. Sesungguhnya seorang hamba bermaksud untuk jujur sampai ia tercatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur. Sesungguhnya kedustaan merupakan sebuah kekejian, sedangkan kekejian akan menuntun seseorang menuju neraka. Sesungguhnya seorang hamba bermaksud untuk berdusta hingga ia tercatat di sisi Allah sebagai seorang pendusta.” (H.r. Muslim, no. 4720)

Dalam memberikan nomor HP pun sebaiknya harus selektif agar kita tidak terganggu oleh orang-orang yang kurang kadar tauhidnya kepada Allah.

Mungkin ada orang yang akan menjawab “Kalo gitu, kita enggak usah beli pulsa, biar enggak bisa SMS-an. Kalo gitu, kembali aja ke zaman dulu, biar enggak perlu pakai HP.”

Mungkin juga ada yang berucap, “Salah siapa SMS ke nomor HP saya!”

Mungkin juga ada jawaban seperti ini, “Baiklah, kalo gitu, saya enggak perlu beli HP, biar enggak bisa komunikasi dengan lawan jenis!”

Demi Allah, bukan itu semua yang dimaksud. Pesan yang ingin disampaikan melalui nasihat ini hanyalah agar hendaknya setiap muslim dan muslimah membuat batas-batas dan aturan-aturan dalam menggunakan HP serta mengamalkan ilmu agama yang telah dipelajari dan dipahami.

Sungguh bijak petuah Ibnu Mas’ud radhiallahu ‘anhu, “Inti ilmu adalah rasa takut kepada Allah Ta’ala.”

Kesembilan: Internet dan penggunaannya yang buruk dan menyimpang

Internet bisa bermanfaat, sekaligus bisa mendatangkan musibah dan bahaya. Faedahnya sangat banyak dan tak terhitung jumlahnya. Bahayanya juga sangat banyak dan tidak terhitung lagi. Ini adalah perkara yang nyata dan tidak diragukan lagi! Sedang kenyataan yang ada menjadi bukti atas kebaikan dan keburukan internet. Kemudahan dalam mengoperasikan, menggunakannya, dan menikmati segala fungsinya membuat internet menjadi pisau bermata dua.

Pada penyebab kesepuluh ini, saya tidak akan banyak menjelaskan hingga detail karena jika kita memahami perkataan Ibnu Mas’ud bahwa inti ilmu adalah rasa takut kepada Allah, maka insya Allah kita dapat mengamalkan perintah-perintah Allah Ta’ala dalam penggunaan internet. Pada zaman sekarang ini, teknologi sudah semakin canggih sehingga jika kita mau bermaksiat, itu bukanlah hal yang sulit. Kendati demikian, hendaknya kita membaca dan memahami firman Allah Ta’ala,

فَإِنَّهُ يَعْلَمُ السِّرَّ وَأَخْفَى

“Dia mengetahui perkara rahasia dan perkara yang lebih tersembunyi lagi.” (Q.s. Thaha: 7)

فَيُنَبِّئُهُم بِمَا عَمِلُوا أَحْصَاهُ اللَّهُ وَنَسُوهُ

“Allah mengumpulkan (mencatat) amal perbuatan itu, padahal mereka telah melupakannya.” (Q.s. Al-Mujadalah: 6)

يَعْلَمُ خَائِنَةَ الْأَعْيُنِ وَمَا تُخْفِي الصُّدُورُ

“Dia mengetahui (pandangan)  mata yang khianat dan segala hal yang disembunyikan oleh hati.” (Q.s. Ghafir: 19)

إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولـئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْؤُولاً

“Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan dimintai pertanggungjawaban.” (Q.s. Al-Isra’: 36)

Apalagi dengan adanya situs jejaring facebook (FB). Tentu sudah tidak asing lagi namanya bagi kita. Telah ada artikel yang menasehatkan tentang bahayanya jika kita melakukan “add” atau “confirm” terhadap lawan jenis atau artikel tentang cara ber-FB agar kita tidak terjerumus dalam kemaksiatan. Akan tetapi, hanya sebagian orang yang mengambil hikmahnya.

Renungkanlah …. Bukan berarti jika kita tidak melakukan “add” atau “confirm” terhadap lawan jenis lantas kita telah aman dari fitnah (godaan). Kembali ingatlah perkataan Ibnu Mas’ud, bahwa inti ilmu adalah rasa takut kepada Allah Ta’ala.

Sebaiknya kita pun cerdas dalam menilai suatu pesan itu penting atau tidak jika kita kirimkan untuk lawan jenis. Bisa saja tidak terlalu penting, namun dibuat agar terkesan penting. Bisa jadi pula, pertanyaan yang diajukan tidak terlalu bermanfaat, namun dibuat-buat agar terlihat bermanfaat. Semua fenomena ini bisa saja terjadi pada ikhwan maupun akhwat. Masalah ini hendaknya jangan diremehkan. Jangan sampai kita tenggelam dalam dosa hanya gara-gara penggunaan FB yang melampaui batas.

Cermatilah sebuah syair dari Ibnu Mu’taz berikut ini.

“Tinggalkan dosa-dosa, baik yang kecil maupun yang besar
Itulah takwa
Bersikaplah seperti orang yang berjalan di atas tanah berduri
Ia akan berhati-hati kepada perkara yang dilihatnya
Janganlah kau remehkan sesuatu yang kecil
Karena gunung itu berasal dari kerikil-kerikil kecil.” (Lihat Jami’ul ‘Ulum wal Hikam, I:402)

Mungkin kita pernah mendengar sebagian orang menjawab seperti ini jika menjumpai pembahasan “add” atau “confirm“ terhadap orang yang bukan mahramnya, “Cuma seperti itu saja diributkan. Yang penting ‘kan niatnya baik. Tujuannya ‘kan baik, yaitu untuk berdakwah. Jadi, kalau ada FB ikhwan atau akhwat di FB kita, ya tidak apa-apa lah! Jangan dibuat ribet!”

Mari kita tanyakan kepada hati kita yang paling dalam, apakah kita bisa menjamin keadaan hati kita dari adanya fitnah (godaan)? Apakah kita sudah mampu mendirikan benteng kokoh agar tidak ada fitnah yang datang menggerogoti kehidupan kita? Ataukah kita telah memiliki kemampuan untuk menerka waktu akan datangnya fitnah (godaan) ke dalam hari-hari kita? Sementara, hati kita ini diciptakan dalam keadaan lemah ….

Allah Ta’ala berfirman,

وَخُلِقَ الإِنسَانُ ضَعِيفاً

“Manusia itu diciptakan dalam keadaan lemah.” (Q.s. An-Nisa’: 28)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Segeralah beramal sebelum datangnya fitnah. Fitnah yang bagaikan potongan gelapnya malam; seseorang yang beriman di pagi hari kemudian menjadi kafir di sore hari, atau seorang yang beriman di sore hari kemudian menjadi kafir di pagi harinya. Dia menukar agamanya dengan sebagian perhiasan dunia.” (H.r. Muslim, no. 328)

Ingatlah, hati kita ini terletak di antara dua jari-jemari Allah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berdoa, “Ya Allah, Dzat yang Maha membolak-balikkan hati, tetapkanlah hati kami di atas agama-Mu.” Kemudian ada yang bertanya tentang doa tersebut. Lalu beliau bersabda, “Sesungguhnya, tidaklah anak Adam melainkan hatinya berada di antara dua jari dari jemari-jemari Allah. Siapa saja yang dikehendaki maka Allah akan luruskan dia, dan siapa yang dikehendaki maka Allah akan simpangkan dia.” (H.r. Tirmidzi, no. 3517; Syekh Al-Albani mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih)

Mungkin juga, kita meremehkan dosa-dosa kecil dengan melakukan “add” atau “confirm”, hingga akhirnya kita bermudah-mudahan dalam berinteraksi dengan lawan jenis yang bukan mahram kita, lalu penghujungnya adalah datangnya badai musibah dalam kehidupan kita.

وَمَا أَصَابَكُم مِّن مُّصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَن كَثِيرٍ

“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” (Q.s. Asy-Syura`: 30)

Ali bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhu mengatakan, “Tidaklah musibah tersebut turun melainkan karena dosa. Oleh karena itu, tidaklah bisa musibah tersebut hilang melainkan dengan taubat.” (Al-Jawabul Kafi, hlm. 87)

Perkataan Ali radhiallahu ‘anhu tersebut selaras dengan firman Allah Ta’ala,

وَمَا أَصَابَكُم مِّن مُّصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَن كَثِيرٍ

“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” (Q.s. Asy-Syura`: 30)

Para ulama salaf pun mengatakan yang serupa dengan perkataan di atas.

Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah rahimahullah mengatakan, “Di antara akibat dari perbuatan dosa adalah hilangnya nikmat, dan akibat dosa adalah datangnya bencana (musibah). Oleh karena itu, hilangnya suatu nikmat dari seorang hamba adalah karena dosa. Begitu pula, datangnya berbagai musibah juga disebabkan oleh dosa.” (Al-Jawabul Kafi, hlm. 87)

Ibnu Rajab Al-Hambali rahimahullah mengatakan, “Tidaklah suatu kejelekan (kerusakan) disandarkan pada sebuah hal melainkan pada disandarkan pada dosa karena semua musibah disebabkan oleh dosa.” (Latha’if Al-Ma’arif, hlm. 75)

Wahai para lelaki muslim, pahami dan renungilah perkataan-perkataan berikut ini!

Umar bin Abdul Aziz mewanti-wanti penasihatnya, Maimun bin Mahran, agar tidak berdua-duaan dengan wanita meskipun dengan alasan mengajarkan Alquran, “Aku memberi wasiat kepadamu dengan wasiat yang harus kau jaga. Janganlah engkau berdua-duaan dengan wanita yang bukan mahrammu, walau batinmu berkata bahwa kau akan mengajarinya Alquran.” (Lihat kitab Hilyatul Auliya’ wa Thabaqatul Ashfiya’, V:272)

Hendaknya, kita pun memegang erat-erat wasiat Umar bin Abdul Aziz tersebut. Jangan merasa diri kita aman dari fitnah (godaan).

Oleh karena itu, semoga Allah merahmatimu …. Berhati-hatilah dalam menghadapi faktor-faktor bencana. Orang yang mendekati fitnah akan sulit selamat darinya. Sebagaimana kehati-hatian diiringi oleh keselamatan, tindakan mendekati fitnah itu akan diiringi oleh kebinasaan. Jarang ada orang yang selamat dari fitnah setelah dia mencoba mendekatinya. Yaitu, ia tidak terbebas dari memikirkan, membayangkan, dan menginginkannya. Semua ini menggelincirkan. (Dzammul Hawa’, hlm.153)

Melanjutkan perkataan di atas, Ibnul Jauzi menguraikan nasihat, “Seandainya berduaan dengan wanita ajnabiyyah (bukan mahram) diperbolehkan, kamu tetap tidak dapat selamat dari penyakit-penyakit ini. Terlebih lagi, ternyata itu diharamkan.” (Dzammul Hawa’, hlm.153)

Terdapat sebuah nasehat dari seorang sahabat wanita muslimah di seberang sana, ketika saya bertanya padanya apakah dia melakukan “add” atau “confirm” pada lelaki yang bukan mahram.  Jawabannya sederhana dan membuat saya kagum.

Ketika itu saya bertanya, “Maaf, Ukhti. Apakah anti melakukan ‘add‘ atau ‘confirm‘ kepada yang bukan mahram?”

Beliau menjawab, “Tidak, Ukhti. Di facebook saya hanya ada mahram saya, sehingga hanya ada 35 orang yang memang jelas mahram saya.” Kemudian beliau pun berkata kepada saya “Wahai saudariku, kapan kita akan menaati perintah Allah Ta’ala dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan bertakwa kepada Allah Ta’ala dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam jika bukan sekarang!!”

Padahal tidak pernah sedikit pun kita mengetahui arah kedatangan maut. Memiliki facebook bukan untuk bermaksiat, namun seharusnya setiap kaum muslimin semakin hati-hati dalam menggunakan kenikmatan tersebut agar tidak terjerumus ke dalam lubang hitam kemaksiatan. Begitulah jawabannya. Padahal beliau telah menikah dan memiliki tiga orang anak. Lantas, bagaimana kita yang belum menikah?  Apakah kita telah merasa aman dari fitnah? Tentu saja, ini berlaku bagi para lelaki muslim maupun wanita muslimah.

Allah berfirman,

وَاتَّقُواْ اللّهَ وَاعْلَمُواْ أَنَّ اللّهَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ

“… Dan bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (Q.s. Al-Baqarah: 231)

وَاتَّقُواْ يَوْماً تُرْجَعُونَ فِيهِ إِلَى اللّهِ ثُمَّ تُوَفَّى كُلُّ نَفْسٍ مَّا كَسَبَتْ وَهُمْ لاَ يُظْلَمُونَ

“Dan peliharalah dirimu (dari azab yang terjadi) pada hari (ketika) kamu semua dikembalikan kepada Allah. Kemudian setiap orang diberi balasan sempurna sesuai dengan perbuatan yang telah dilakukannya, dan mereka tidak dizalimi (dirugikan).” (Q.s. Al-Baqarah: 281)

Kesepuluh: Racun yang mematikan yaitu pandangan yang diharamkan

Tahukah engkau apa itu “mata yang berkhianat”?

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam surat Al-Mu’min, ayat 19.

يَعْلَمُ خَائِنَةَ الْأَعْيُنِ

“Dia mengetahui (pandangan) mata yang berkhianat ….”

Apa yang dimaksud dengan “mata yang berkhianat” itu?

Sebaik-baik penafsiran adalah tafsir para shahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Oleh karena itu, mari kita merujuk kepada penafsiran seorang Turjumanul Qur’an (Penerjemah Alquran), Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhu; beliau berkata, “Seseorang berada di tengah banyak orang lalu seorang wanita melintasi mereka. Maka, ia memperlihatkan kepada kawan-kawannya bahwa ia menahan pandangannya dari wanita tersebut. Jika ia melihat mereka lengah, ia pandangi wanita tersebut. Jika ia khawatir kawan-kawannya memergokinya, ia menahan pandangannya. Padahal, Allah ‘Azza wa Jalla mengetahui isi hatinya bahwa ia ingin melihat aurat wanita tersebut .”

Ketahuilah …

Sedikitnya rasa malumu terhadap siapa yang berada di sebelah kanan dan sebelah kirimu –saat kamu melakukan dosa– itu lebih besar daripada dosa itu sendiri!

Dan tertawamu saat kamu tidak tahu apa yang akan Allah perbuat terhadapmu, itu lebih besar dari pada dosa itu sendiri!

Dan kegembiraanmu dengan dosa ketika kamu melakukannya, itu lebih besar daripada dosa itu sendiri!

Perhatikanlah wasiat salaf berikut ini, “Penglihatanmu tidak lain adalah nikmat dari Allah. Janganlah mendurhakai-Nya dengan menggunakan nikmat-Nya. Perlakukanlah penglihatan tersebut dengan menahannya dari perkara yang haram, niscaya kamu akan beruntung. Jangan sampai engkau mendapat hukuman berupa hilangnya kenikmatan itu. Waktu berjihad untuk menahan pandangan itu sejenak. Jika kau melakukannya, kau ‘kan dapatkan kebaikan yang banyak dan selamat dari keburukan yang panjang.”

Perhatikan pula untaian kata mutiara yang dikutip Ibnul Jauzi, “Seorang pemberani bukanlah orang yang melindungi tunggangannya pada saat berada di medan laga dan ketika api peperangan tengah berkecamuk. Akan tetapi, pemuda yang menahan padangannya dari yang haram, itulah Sang Ksatria!” (Dzammul Hawa, hlm. 143–181)

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Pandangan merupakan anak panah beracun dari anak-anak panah Iblis. Maka, barang siapa yang menahan pandangannya karena Allah dari kecantikan seorang wanita, niscaya Allah akan mewariskan rasa manis dalam hatinya sampai hari pertemuan dengan-Nya.” Demikianlah makna hadits tersebut. (Lafal hadits yang disebutkan tercantum dalam kitab Ad-Da’ wa Dawa’ karya Ibnul Qayyim tersebut diriwayatkan oleh Al-Hakim dalam Al-Mustadrak (IV:313), Al-Qudha’i dalam Musnad Asy-Syihah (no. 292), dan Ibnul Jauzi dalam Dzammul Hawa (hlm. 139) dari jalur Hudzaifah)

Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda, “Tundukkanlah pandangan kalian dan peliharalah kemaluan kalian.” (H.r. Ahmad, V:323; Al-Hakim, IV:358; Ibnu Hibban, no. 2547, Ibnu Abi Dun-ya dalam Ash-Shamt, no. 446; Al-Kharaithi dalam Makarimul Akhlaq, hlm. 31; Al-Baihaqi, VI:288; diriwayatkan dari ‘Ubadah. Al-Haitsami dalam Al-Majma’, IV:145; dan Al-Mundziri dalam At-Targhib, III:64, menyatakan bahwa hadits tersebut mempunyai cacat, berupa keterputusan sanad antara Al-Muththalib bin ‘Abdullah dan ‘Ubadah. Namun, hadits tersebut mempunyai penguat yang diriwayatkan oleh Al-Hakim, IV:359; Abu Ya’la, no. 4257; dan Al-Kharaithi, hlm. 30; dari Anas, dengan sanad hasan, insya Allah)

Ada seorang yang berkata, “Setiap bencana berawal dari pandangan mata, sebagaimana api yang besar berasal dari percikan bara. Betapa banyak pandangan sanggup menembus relung hati pemiliknya, seperti kekuatan anak panah yang lepas dari busur dan talinya! Seorang hamba, selama mengumbar pandangannya untuk memandang selainnya, maka dia berada dalam bahaya. Ia menyenangkan mata dengan sesuatu yang membahayakan hatinya, maka janganlah menyambut kesenangan yang akan membawa bencana.

Di antara bencana yang ditimbulkan adalah warisan penyesalan, kehadiran malapetaka, dan kobaran nafsu. Tatkala seorang hamba melihat suatu perkara yang tidak mampu diraihnya, juga tidak mampu bersabar atasnya, sesungguhnya hal ini merupakan salah satu bentuk siksaan yang paling pedih. Yaitu, (penderitaan yang menerpa) manakala kamu melihat perkara yang kamu tidak mampu bersabar atas perkara tersebut, tidak juga atas sebagiaannya, bahkan kamu tidak mempunyai kemampuan sama sekali untuk meraihnya.” (Dinukil dari kitab Ad-Da’ wa Dawa’, hlm. 351–352)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Janganlah kamu mengikutkan sebuah pandangan dengan pandangan berikutnya sebab hanya pandangan pertama  yang dibolehkan bagimu, tidak untuk pandangan setelahnya.” (H.r. Abu Daud, no. 2149; At-Tirmidzi, no. 2777; Ahmad, V:353 dan 357; Al-Baihaqi, VII:90)

Kesebelas: Teman yang buruk

“Seseorang itu tergantung kepada agama teman dekatnya, maka hendaklah salah seorang di antara kalian melihat siapa yang dijadikan teman karibnya.” (Hadits hasan; riwayat Tirmidzi, no. 2387; Ahmad, no. 8212; Abu Daud, no. 4833)

“Sesungguhnya perumpamaan teman yang shalih dengan teman yang buruk adalah seperti penjual minyak wangi dan pandai besi. Seorang penjual minyak wangi bisa memberimu atau kamu membeli darinya, atau kamu bisa mendapatkan wanginya. Seorang pandai besi bisa membuat pakaianmu terbakar, atau kamu mendapat baunya yang tidak sedap.” (Hadits shahih, riwayat Bukhari, no. 5534; Muslim, no. 2638; Ahmad, no. 19163)

Dari Musayyab bin Hazn radhiallahu ‘anhu; ia berkata, “Menjelang kematian Abu Thalib, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam datang menemuinya. Ternyata di sana sudah ada Abu Jahal dan Abdullah bin Abu Umayyah bin Mughirah. Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, ‘Wahai pamanku, ucapkanlah ‘la ilaha illallah’, ucapan yang dapat kujadikan saksi terhadapmu di sisi Allah.’ Namun, Abu Jahal dan Abdullah bin Abu Umayyah berkata, ‘Wahai Abu Thalib, apakah engkau membenci agama Abdul Muthalib?’ Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam terus-menerus menawarkan kalimat tersebut dan mengulang-ulang ucapan itu kepada Abu Thalib, sampai ia mengatakan ucapan terakhir kepada mereka bahwa ia tetap pada agama Abdul Muthalib dan tidak mau mengucapkan ‘la ilaha illallah’. Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, Sungguh, demi Allah, aku pasti akan memintakan ampunan untukmu, selama aku tidak dilarang melakukan hal itu untukmu. Kemudian Allah Ta’ala menurunkan firman-Nya (yang artinya), ‘Nabi dan orang-orang beriman tidak pantas memintakan ampun (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik, walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum kerabat mereka, sesudah jelas bagi mereka bahwasanya orang-orang musyrik itu penghuni neraka jahim.’ Mengenai Abu Thalib, Allah Ta’ala menurunkan firman-Nya (yang artinya), ‘Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.'” (H.r. Al-Bukhari, no. 4675 dan 4772)

Kebutuhan manusia akan lingkungan yang baik laksana kebutuhan tanaman akan tanah yang subur. Manakala tanah itu bagus, cukup kandungan unsur haranya, suhunya cocok, dan airnya cukup, maka tanaman tersebut akan bersemi, tumbuh berkembang, dan berbuah sesuai dengan harapan. Namun, manakala tanah tersebut kering dan tandus, suhunya tidak cocok, dan airnya tidak cukup, maka tanaman tersebut tidak akan berkembang dengan baik dan sangat mungkin tanaman tersebut akan sakit atau bahkan mati.

Sebagaimana tanaman yang harus ditempatkan dalam tanah yang baik, dalam hubungan pertemanan pun, hendaklah kita mencari teman yang shalih yang dapat mendukung kita untuk selalu istiqamah dalam kebaikan dan ketaatan kepada Allah ‘Azza wa Jalla. Dengan adanya teman-teman yang “bergizi” baik, keimanan kita akan tetap terjaga. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

وَاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُم بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُ وَلَا تَعْدُ عَيْنَاكَ عَنْهُمْ تُرِيدُ زِينَةَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَلَا تُطِعْ مَنْ أَغْفَلْنَا قَلْبَهُ عَن ذِكْرِنَا وَاتَّبَعَ هَوَاهُ وَكَانَ أَمْرُهُ فُرُطاً

“Dan sabarkanlah dirimu beserta orang-orang yang menyeru Rabbnya di waktu pagi dan petang dengan mengharap keridhaan-Nya, dan janganlah kamu palingkan wajahmu dari mereka hanya karena kamu menghendaki perhiasan dunia, dan janganlah kamu ikuti orang-orang yang telah Kami lalaikan hatinya dari mengingat Kami, dan menuruti hawa nafsunya, dan adalah keadaannya sangat melewati batas.” (Q.s. Al-Kahfi: 28)

Bersambung, insya Allah ….

Penulis: Ummu Khaulah Ayu.
Muraja’ah: Ustadz Aris Munandar, S.S., M.A.

Artikel www.muslimah.or.id

Sahabat muslimah, yuk berdakwah bersama kami. Untuk informasi lebih lanjut silakan klik disini. Jazakallahu khaira

Topics: Wanita
Share on Facebook
Share on Twitter
Banner MPD
Previous
Laporan Donasi Web Muslim Muslimah Oktober 2011
Next
Kehormatanmu, Wahai Saudaraku … 6 (Pengaruh Syahwat)
About Author
Umi Farikhah
View all posts by Umi Farikhah »
Artikel Terkait

Sempurnanya Syariat Islam dalam Perkara Akhlak
November 13, 2018

Petaka Panjang Angan-Angan
October 28, 2018

Bahagia Dengan Qanaah
October 17, 2018

Iblis Menyesatkan Manusia dengan Wanita
October 11, 2018

Istana Impian
October 8, 2018

Pahala yang Tidak Disadari 
September 15, 2018

Nikmat Sehat
August 26, 2018

Ketika Hati Terlena
July 25, 2018

Jangan Sibukkan Dirimu Dalam Hal Yang Tak Bermanfaat
July 13, 2018

Optimalkan Ramadhan di Kala Sibuk
June 2, 2018
20 Comments
anna rokhana November 12, 2011
izin share ya…

Reply
Ummu ahmad November 12, 2011
Assalamu’alaikum wa rahmatullohi wa barokatuh

Ustdz/ustdzh, mhn dibahas ttg lomba miss berlabel muslimah.

skr ini di daerah sy merebak lomba putri2an/miss muslimah/hijabers stylish&trendy dan sejenisnya melalui FB. Sekiranya artis yg melakukannya (yg amatir sekalipun), msh maklumlah…krn mmg mrk blm paham. Tetapi yg mnyedihkn adl para peserta lomba adl para muslimah yg sdh bkrudung. sungguh menyedihkan meliat mrk berfoto ria kmudian men-share ke publik hny utk di-like agar mjd pemenang. Bhkn tnp malu2…mrk kirim ke wall para lelaki non mahrom hny ut mdpt like. Ingn menasehati…tp ilmu blm ckp. Smg mrk diluruskn kmbl jalannya. Smg panitianya mdpt hidayah n tdk lg “menjual kehormatan” muslimah

Reply
Hamba Allah November 12, 2011
Asalamua’laikum warohmatulohi wabarokatuh

bagimana batas – batas kita berbicara dg yg bkn mahrom.. Bgmn dg memandang wajahnya?
Ats jawabnya terima kasih
wasalamua’laikum warohmatulohi wabarokatuh

Reply
muslimah.or.id November 13, 2011
@ Wa’alaykumussalam warahmatullah wabarakatuh

1. Tidak ber-khalwat.
2. Berbicara sesuai keperluan.
3. Wanita tidak melemah-lembutkan suaranya dan tidak membuatnya mendayu-dayu.
4. Menundukkan pandangan, tidak memandang wajah lawan bicara.

Reply
nisa November 16, 2011
assalamu’alaikum, ijin copast artikel’a u/ tugas blog :) :) syukran ^^

Reply
Rosyidah Annisa November 17, 2011
subhanallah.
bermanfaat sekali artikelnya.
Semoga dimasukkan ke dalam golongan hamba-hambaNya yg bertaubat :'(

Reply
syafa amira December 4, 2011
izin share ya�

Reply
sheila December 4, 2011
maaf.. izin share ya.. tulisannya bagus.. bermanfaat,, syukron.. :)

Reply
onhie qonietha December 25, 2011
assalamu’alaikum ..
ustadzah / ustad di tempa t..
saya bersekolah di instansi non salaf .. yang di dalamnya ada pelajaran musik saat ini materi pelajaran tersebut adalah bermain seruling ..
yang saya ketahui hukum bermain seruling adalah HARAM ..
namun saya tidak bisa mengelaknya, karena memang hal tersebut adalah standar nilai afektif pelajaran. bagaimana saya harus membatasinya ?? karena biasanya saya ( pada saat pelajaran tersebut ) keluar kelas dengan alasan iin ke kamar mandi, untuk menghindari pelajaran tersebut ..
lalu bagaimana dengan pelajaran” yang di ajarkan oleh guru laki”, pelajaran tersebut seperti shorof, muthola’ah, seni budaya ( musik ), tahfidz. yang sangat tdk memungkinkan untuk menghindar .. apalagi untuk tahfidz karena tentunya hanya dalam kondisi berdua saja ( walaupun tanpa ada syahwat dan tidak saling bertatap mata )

saya sangat mohon untuk sarannya, syukronn :)

Reply
ISMATUL January 9, 2012
TERIMA KASIH ATAS NASEHAT YANG TERKANDUNG DALAM BACAAN DIATAS
SAYA SADAR BAHWA SAYA SUDAH BANYAK BERBUAT SALAH,,,,, POKOK NYA MUAT HAL-BAGUS KAYAK GINI YA………….

Reply
Hafiz February 29, 2012
Syukron, atas peringatan dan pencerahannya.

Reply
szaura April 24, 2012
Subhanallah.. Sy baru mengetahuinya skrg..di FB sy suka share foto2 saat liburan bersama keluarga, foto2 pribadi yg narsis , lalu bagaimana langkah perbaikan buat selanjutnya.. Apakah hrs menghapus foto2 sy yg ada di FB ?

Reply
muslimah.or.id April 26, 2012
@ Szaura
Jika tidak ada kebutuhan yang mendesak maka sebaiknya dihapus saja.

Reply
teguh May 30, 2012
assalamu�alaikum ..
ustadzah / ustad di tempa t..
isri saya ketagihan chating ustad dengan alasan belajar bahasa ingris awalnya saya yg mengajarkan namun saya lihat sudah kebablasan yahh walaupun belumsampai ketemu (alhamdulliah)namun saya suruh dia berhenti chating namundia menolak dan meminta cerai dan disetujui oleh orang tuanya bagai mana ustad apa boleh saya ceraikan dia saya kasihan sama anak saya
wassalam

Reply
riccy wanda istiqomah June 1, 2012
Assalammua’laikum wr wb
ijin copast ya…syukron…

Reply
abdullah July 28, 2012
subhanallah…

Reply
fitrianingsih sayuti ruma December 24, 2012
astagfirullah…. begitu mudahnya dijaman modern skrng ini kita berbuat dosa. tapi bagaiman dgn saya ustad yang sebagai wanita karir yang otamatis akan selalu berhungan dgn lawan jenis karna merupakan tuntutan pekerjaan??

Reply
dimas hartono November 7, 2013
Oke.

Reply
fakirilmu January 23, 2015
“Inti ilmu adalah rasa takut kepada Allah Ta’ala.”

jika ilmu itu adalah pengetahuan,

sebelum pengetahuan didapat, maka dibutuhkan belajar yang giat.
setelah pengetahuan didapat, maka yang ‘buta’ menjadi bisa ‘melihat’.

ilmu bisa mempermudah dan membantu serta membuat cara hidup, gaya hidup, serta hidup manusia.

yang saya mau tanyakan adalah:
apakah benar kata “inti ilmu adalah rasa takut” sesuai dengan makna yg dimaksud oleh Mas’ud ra?

jika benar, apa arti yg sesuai untuk pengganti kata ‘inti’? apakah artinya tujuan? atau artinya ‘ditengah’? atau artinya ‘didalam’?

mohon bimbingannya :)

Reply
Muslimah.Or.Id January 25, 2015
@fakirilmu, maksudnya tujuan dan esensi.

Reply
Leave a Reply

Your comment...

Name (required)

Email (required)

Website

Banner MPD
7 Artikel Terbaru
Tuntunan Menghias Gigi
Wahai Saudariku, Lengan Adalah Aurat!
Bahagia Dengan Memuji Allah Ta’ala
Parenting Islami (50): Berbuat Adil dalam Pemberian dan Hadiah kepada Anak-Anak
Bolehkah Mengambil Hadiah Dari Bank?
Menyentuh Mushaf Bagi Wanita Haid
Menggugurkan Janin Karena Khawatir Terlahir Cacat

Arsip Artikel
Arsip Artikel
tutorial hijab syar'i


Cari Tentang Apa?
Cari Tentang Apa?

MUSLIMAH.OR.ID
Tentang Kami
Kontributor
Donasi Dakwah
Pasang Iklan

YPIA.OR.ID
Tentang YPIA
Program YPIA
Donasi Dakwah
Kontak Kami

Alamat Kami
Pogung Rejo No. 412, RT 14/RW 51, kelurahan Sinduadi, kecamatan Mlati, kabupaten Sleman, kode pos: 55284

Copyright 2018 Muslimah.Or.Id. All Rights Reserved.

Rabu, 19 Desember 2018

6 KEUNTUNGAN BERGAUL DENGAN ORANG YANG SHOLIHAH*_

_*6 KEUNTUNGAN BERGAUL DENGAN ORANG YANG SHOLIHAH*_

💎🌹💎🌹💎🌹💎🌹

🎙 _Ibnul Qoyyim rohimahullah mengatakan :_

🛋 _Duduk bersama orang-orang yang sholih itu akan mengubah 6 keadaanmu (yang tidak baik) menuju 6 keadaan lain (yang lebih baik) :_

1⃣ _Dari keraguan menuju keyakinan._

2⃣ _Dari rasa ingin dilihat orang lain menuju keikhlasan._

3⃣ _Dari kelalaian menuju dzikir (mengingat Allah)._

4⃣ _Dari cinta dunia menuju cinta akhirat._

5⃣ _Dari sikap sombong menuju sifat tawadhu' dan rendah hati._

6⃣ _Dari buruknya niat menuju rasa empati yang baik._

📂 (Ighotsah al-Lahafan 1/136)

🔹🔹🔹🔸🔸🔸

🎙 قال ابن القيم رحمه الله :

‏مجالسة الصالحين تحولك من ستة إلى ستة

‏1- من الشك إلى اليقين
‏2- ومن الرياء إلى الإخلاص
‏3- ومن الغفلة إلى الذكر
‏4- ومن الرغبة في الدنيا إلى الرغبة في الآخرة
‏5- ومن الكبر إلى التواضع
‏6- ومن سوء النية إلى النصيحة

📂 ‏( إغاثة اللهفان1/136 )

══════ 🌺✿🌺 ══════ 
Repost by :  
☘ *MUSLIMAH ISTIQOMAH* ☘

Minggu, 16 Desember 2018

Membawa Handphone Kedalam Masjid / di Depan Ka'bah. (Syeikh Nuruddin Al Banjari)

Membawa Handphone Kedalam Masjid / di Depan Ka'bah.
(Syeikh Nuruddin Al Banjari)
Syeikh Nuruddin Albanjari dalam sebuah ceramahnya pernah memberi pertanyaan kepada para jamaahnya.

"Kenapa tidak ada seorang pun pemain sepak bola yang membawa handphone mereka masuk lapangan ketika bertanding?"

Jamaah terdiam, tidak ada satu pun yang menjawab.

Kemudian Syeikh melanjutkan.
"Sebab tidak ada kepentingan. Mereka hanya perlu fokus pada permainan mereka."
Jadi kenapa kita perlu membawa handphone ketika masuk ke rumah ALLAH atau Masjid?

Apakah lapangan bola itu lebih mulia daripada masjid? Atau apakah bermain bola itu perlu lebih fokus atau khusyuk daripada shalat ?

Mulai sekarang!, belajarlah!. Belajarlah untuk tidak menyibukkan diri dengan handphone  dalam rumah ALLAH (Masjid) karena tidak ada urusan yang lebih penting daripada urusan kita dengan ALLAH.
"Jaga adab kita dengan ALLAH."

Syeikh Abdurrahman Assudais, Imam Mesjidil Haram, di suatu masa ketika mengimamkan shalat di depan Ka`bah, beliau mendengar suara alunan musik dari salah satu handphone milik seorang jemaah yang turut sholat dibelakangnya.

Setelah selesai shalat beliau bangkit sambil menangis, ia berkata kepada jamaah shalat,
"Saya belum pernah mendengar musik di rumah saya, tetapi hari ini saya mendengar musik di rumah ALLAH".

Mari kita hormati dg ketaqwaan yg amat sangat pada ALLAH SWT, utamanya pd saat kita berada di dalam masjid ...
Stop HP & sejenisnya di masjid.

Wassalam

📨 silahkan  Diposting ulang di grup yang lain untuk memperbanyak ladang pahala