*Adab dengan Diri Sendiri*
Keselamatan dan kebahagiaan diri di dunia maupun akhirat tentu tergantung bagaimana bagaimana kita bersikap kepada diri sendiri. Apakah mendekatkan kepada kebaikan atau malah sering mengerjakan kemungkaran.
Mulai itu dari kebersihan jiwa, kesucian dan kemuliaan jiwa, serta sampai sejauh mana kita menanamkan adab-adab islam ke dalamnya. Sebab itu, patutlah kita sebagai muslim mendidik dirip(, dengan mengerjakan hal-hal yang mampu meraih diridha-Nya. Allah berfirman,
قَدْ أَفْلَحَ مَنْ زَكَّاهَا . وَقَدْ خَابَ مَنْ دَسَّاهَا
_“Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.”_ (Asy-Syams : 9-10)
Langkah-langkah dalam memperbaiki diri tersebut antara lain :
*1. Taubat*
Taubat adalah menghindarkan diri dari segala bentuk maksiat, menyesali dosa-dosa yang telah dilakukan dan berazam untuk tidak kembali ke lumpur dosa. Seperti firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَصُوحًا عَسَىٰ رَبُّكُمْ أَنْ يُكَفِّرَ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيُدْخِلَكُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ
_“Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai....”_ (QS. At-Thamin : 8)
*2. Muraqabah*
Ini maksudnya membawa jiwa pada kondisi selalu merasa diawasi dan diintai oleh Allah baik itu di manapun berada.
إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا ...
_“.... Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu."_ (QS An-Nisa’ : 1)
*3. Mujahadah*
Mengarahkan segenap jiwa untuk ketaatan kepada Sang Maha Kuasa, serta berusaha melakukan kebaikan, di samping berusaha untuk melawan hawa nafsu dalam diri untuk jatuh ke dalam keburukan dan kemaksiatan. Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:
وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا
_“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami.”_ (QS. Al-'Ankabut : 69)
*4. Mu’aqabah*
Ini adalah sikap berani keras kepada diri sendiri, yaitu berani memberi sanksi ketika lalai dalam berbuat kebaikan atau tidak mampu melakukannya secara semaksimal mungkin. Seperti kisah Abdullah Ibnu Umar bila ketinggalan shalat jamaah, beliau menghidupkan seluruh malam hari itu dengan beribadah. Atau ketika dia pernah mengakhirkan shalat maghrib sampai nampak dua bintang di langit, lalu sebagai ganjaran beliau membebaskan dua orang budak.
*5. Muhasabah*
Muhasabah adalah tindakan mengintropeksi diri dalam mengukur tingkat ketaatan kepada Allah. Apakah diri sudah melaksanakan perintahnya sebaik mungkin dan menjauhi segala larangannya.
Hal ini layaknya seperti pedagang yang sedang memeriksa barang dagangannya di akhir bulan. Ia melihat amalan kewajiban (seperti shalat) adalah modal, amalan sunnah sebagai keuntungan dan dosa sebagai bentuk sebuah kerugian. Dia akan merenung, mengintropeksi diri, apakah bulan ini dia mendapatkan banyak keuntungan atau malah jatuh merugi (banyak melakukan dosa). Dan ketika dia merasa kerugian yang menghampiri, tak segan-segan untuk bertaubat kepada Allah, melantunkan istigfar serta mencari kebaikan-kebaikan yang bisa dilakukannya.
Wassalam,
*Askar Kauny*
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar