Rabu, 12 April 2017

Prinsip Sukses*

*

Prinsip sukses : _"Bantu orang lain dulu untuk sukses, in shaa Allah kita akan sukses juga"_.

Lebih enak mana, sukses sendiri atau sukses bareng-bareng? Kalo saya pilih sukses bareng-bareng, biar lebih indah dan manis. Hehe

Prinsip sukses lainnya : _"Perbaiki mindset dari mindset bersaing dengan mindset kolaborasi"_.

Dunia terlau sempit untuk ditinggali oleh orang-orang picik yang egois dan maunya menang sendiri. Udah gak jaman maen jotos-jotosan, apalagi sama saudara, teman, tetangga, atau bahkan sesama anak bangsa.

Nah ngomong-ngomong dengan mindset bersaing ini, saya punya pengalaman pait nih yang mau saya bagi ke temen-temen sekalian. Semoga bisa diambil hikmahnya.

Jadi ceitanya bulan puasa tahun lalu saya masih bisnis gamis muslimah. Sampe sekarang sebenernya masih. Tapi secara omset dan penghasilan bersih jauh menurun ketimbang bulan puasa tahun lalu.

Dulu saya ambil gamis dari tetangga. Beliau produksi sendiri dengan brand sendiri. Saya cuma agennya aja. Nyetok gamis beliau banyak di rumah saya. Dan dari semua reseller dan agen beliau, saya dan istri lah yang paling banyak ngejual gamis-gamisnya. Omset kami waktu itu ada di kisaran 80-100 juta/bulan dengan margin bersih sekitar 20%.

Hampir tiap hari saya dan istri pasti ke rumahnya karena memang jarak rumah saya ke rumah beliau hanya beberapa blok. Hubungan terjalin secara simbiosis mutualisme. Secara hubungan tetangga juga sangat sangat baik. Bahkan anak beliau ngaji sama istri saya di TPA samping rumah.

Seiring berjalannya waktu, saya dan istri punya ide, _"Gimana kalo kita buat brand sendiri karena kebetulan ada temen yang bisa buat baju-baju gamis dan temen kita itu mau modalin untuk produksi awalnya"_.

Kami berdua muter otak dan sampe pada kesepakatan bahwa kami mau porduksi gamis-gamis yang beda dengan gamis-gamis yang diproduksi suplier (tetangga). Jadi kalo tetangga kami itu kan produksinya gamis-gamis motif. Nah kami produksinya gamis-gamis polos dengan model yang agak beda.

Intinya kami sedari awal gak berniat untuk menjadi pesaing tetangga kami itu karena biar bagaimanapun, kami kan agen dengan penjualan terbesarnya beliau.

Nah masalahnya terjadi ketika kami launching dan mulai menjual gamis brand kami di akun IG milik kami. Tanpa _ba bi bu a i u ta ti tu_, tetangga saya itu langsung nge-whatsapp istri saya yang intinya dia nge-cut saya untuk jualan gamis-gamisnya lagi. Gak ada penjelasan apapun kecuali via whatsapp yang intinya kami gak boleh jual gamisnya lagi.

Bagai petir bercampur geledek di siang bolong, istri saya syok. Kok tega-teganya langsung nge-cut kami sebagai agen? (Belakangan, setelah berjalan sekitar 8 bulan lamanya, kami tau kalo ada agen lain yang jualin produk beliau plus punya gamis brand sendiri. Tapi gak di cut seperti kami dulu di cut. Positif thingking kami : mudah-mudahan beliau sudah sadar bahwa ada yang salah dengan cara berpikir beliau).

Tapi saya coba membesarkan hati istri saya bahwa ini semua pasti ada hikmahnya. Kita positif thingking aja.

Dan bener aja. Karena penjualan gamis saya terjun bebas, akhirnya saya mau membuka diri untuk ngelirik potensi bisnis yang lain dengan tetap menjalankan bisnis gamis yang telah kami rintis sejak tahun 2015.

Gak lama berselang, saya rapat dengan beberapa pengurus Pengusaha Kampus pusat. Termasuk di dalamnya ada Mba Ulfatul Rochmah yang saya tau saat itu sedang bisnis kangen water.

Jujur sejak tahun 2014 saya tau kangen water, gak pernah terlintas untuk nyicipin bisnis ini. Bahkan sekedar untuk cari tau di internet pun saya gak mau. Cuma ada satu hal yang buat saya penasaran yaitu cerita akan salah satu anggota grup whatsapp Pengusaha Kampus Depok yang punya penghasilan bersih sekian puluh juta dari bisnis kangen water. Padahal anaknya masih kuliah semester 4 waktu itu. Tapi katanya sudah punya mobil, cabang bisnisnya dimana-mana dan sebagainya.

Pas rapat Pengusaha Kampus Pusat itu, karena penasaran, akhirnya saya bertanya pada Mba Ulfa, _"Itu bener Mba si MAH (inisial) punya penghasilan bersih sekian puluh juta /bulan dari bisnis kangen water?"_. Mba Ulfa jawab, _"Bener Bang"_.

_"Ahh, gak percaya saya Mba. Coba jelasin gimana sistem bisnisnya sampe dia punya penghasilan bersih sekian puluh juta /bulan (sekarang mungkin sudah mendekati ratusan juta /bulan)"_, tanya saya lagi pada Mba Ulfa. Dijelasin lah sama Mba Ulfa. Dan setelah dijelasin tentang marketing plan bisnis mesin kangen water, baru kemudia saya percaya dan mengatakan, _"Wajar lah mba kalo marketing plannya kayak gini si MAH bisa punya penghasilan segede itu"_.

Dan besoknya saya langsung mau ikut acara kangen gathering depok di wisma makara UI karena penasaran pengen tau lebih detail mengai kangen water dan bisnisnya. Dan sejak saat itu akhirnya saya memutuskan untuk beli mesin dan terjun di bisnis kangen water.

Jadi kalo saya boleh banding-bandingin antara bisnis konvensional (let say bisnis gamis) dengan bisnis model jaringan seperti kangen water, ternyata ada perbedaan karakter yang demikian besar yang membuat keduanya jadi berbeda.

Di bisnis gamis atau bisnis-bisnis konvensional lainnya seperti restoran dan lain-lainnya, aroma persaingannya demikian tinggi. Cerita saya di atas menguatkan kesimpulan saya ini. Atau misal Anda ingin buka restoran padang di samping rumah. Kebetulan gak jauh dari rumah Anda ada restoran padang yang sangat enak dan selalu ramai dengan pelanggan. Lantas Anda minta resep masakan pada pemiliknya. Pertanyaan saya : kira-kira akan dikasih gak resepnya itu? Jawabannya kemungkinan besar pasti gak dikasih.

Nah lain halnya dengan bisnis jaringan model kangen water ini. Setiap orang yang membeli mesin kangen water lewat kita, otomatis dia menjadi tim kita. Dan keharusan kita sebagai leadernya adalah memastikan dia terus bertumbuh dan mengerti segala sesuatu yang dibutuhkan agar lebih mudah menjual mesin. Apapun akan di share tanpa terkecuali demi tim kita ini bisa sukses. Maka di bisnis inilah saya mendapatkan implementasi dari apa yang sering saya baca dari buku-buku pengembanga diri : *sukseskan orang lain dulu, in shaa Allah kita akan sukses*.

Alhamdulillah, saya dan istri sangat bersyukur sekali dicoba dengan pengalaman pait di bisnis gamis yang membuat saya akhirnya ketemu dengan bisnis impian saya yaitu bisnis model jaringan seperti kangen water ini. Di bisnis ini saya bisa membantu sebanyak-banyaknya orang untuk sehat secara fisik, finansial dan bertumbuh secara kepribadian. Dan saya serta keluarga juga sudah merasakannya lebih dulu dimana kesehatan kami sekeluarga alhamdulillah lebih baik dari sebelumnya (asam urat mertua saya yang sudah tahunan sembuh hanya berselang satu minggu setelah saya beli mesin dan mengganti seluruh air minum keluarga lewat wasilah kangen water), kepastian bisnis dan finansial yang demikian menggoda untuk diwujudkan serta pengembangan diri yang luar luar biasa dari komunitas Kangen Amazing Team (KAT).

Sekian
Wassalam
Nur Ali Muchtar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar