Minggu, 19 November 2017

SYARAT-SYARAT LAA ILAAHA ILLALLAAH*

📝 *SYARAT-SYARAT LAA ILAAHA ILLALLAAH*

Ulama Ahlus Sunnah wal Jama’ah menjelaskan bahwa syarat Laa ilaaha illallah itu ada delapan:

✅ Syarat Pertama: Ilmu, yaitu memahami makna dan rukun Laa ilaaha illallaah secara benar. Allah ta’ala berfirman,

فَاعْلَمْ أَنَّهُ لا إِلَهَ إِلاَّ اللَّه

“Maka berilmulah bahwa tidak ada yang berhak disembah selain Allah.” [Muhammad: 19]

Rasulullah shallallahu‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ مَاتَ وَهُوَ يَعْلَمُ أَنَّهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ دَخَلَ الْجَنَّة

“Barangsiapa mati dalam keadaan berilmu bahwa tidak ada yang berhak disembah kecuali Allah, niscaya dia akan masuk surga.” [HR. Muslim dari Utsman bin Affan radhiyallahu’anhu]

Jika seseorang tidak memahami makna kalimat Laa ilaaha illallaah maka tidak bermanfaat syahadat yang diucapkannya.

✅ Syarat Kedua: Yakin, yakni meyakini kebenaran makna dan rukun kalimat Laa ilaaha illallaah tanpa meragukannya sedikit pun. Allah ta’ala berfirman,

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ آمَنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ ثُمَّ لَمْ يَرْتَابُوا

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu.” [Al-Hujurat: 15]

Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,

أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَنِّى رَسُولُ اللَّهِ لاَ يَلْقَى اللَّهَ بِهِمَا عَبْدٌ غَيْرَ شَاكٍّ فِيهِمَا إِلاَّ دَخَلَ الْجَنَّةَ

“Aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang benar kecuali Allah dan aku adalah utusan Allah. Tidaklah seorang hamba bertemu dengan Allah sambil membawa dua kalimat syahadat tersebut tanpa ragu kecuali pasti dia akan masuk surga.” [HR. Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu]

✅ Syarat Ketiga: Menerima (Al-Qobul), yaitu menerima dengan sepenuh hati akan konsekuensi kalimat Laa ilaaha illallaah berupa penetapan bahwa hanya Allah ta’ala satu-satunya sesembahan yang benar dan selain-Nya adalah salah, tidak boleh menolak sedikit pun, baik dengan hati, lisan maupun perbuatan.

Menolak kalimat Laa ilaaha illallaah adalah sifat kaum musyrikin. Allah ta’ala berfirman,

إِنَّهُمْ كَانُوا إِذَا قِيلَ لَهُمْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ يَسْتَكْبِرُونَ وَيَقُولُونَ أَئِنَّا لَتَارِكُو آلِهَتِنَا لِشَاعِرٍ مَجْنُونٍ

“Kaum musyrikin itu apabila dikatakan kepada mereka: (Ucapkanlah) Laa ilaaha illallaah, mereka menyombongkan diri seraya berkata: Apakah kita harus meninggalkan sesembahan-sesembahan kita hanya karena ucapan penyair yang gila ini?” [As-Shaffat: 35-36]

✅ Syarat Keempat: Tunduk dan Patuh (Al-Inqiyad), tanpa menolak atau membangkang sedikit pun terhadap konsekuensi makna Laa Ilaaha Illallaah. Allah ta’ala berfirman,

وَمَنْ يُسْلِمْ وَجْهَهُ إِلَى اللَّهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَى

“Dan barangsiapa yang menyerahkan dirinya (tunduk) kepada Allah, sedang dia orang yang berbuat kebaikan, maka sesungguhnya dia telah berpegang pada tali yang amat kokoh (yakni kalimat Laa ilaaha illallaah).” [Luqman: 22]

✅ Syarat Kelima: Jujur dan benar (Ash-Shidqu), yaitu jujur dan benar dalam beriman terhadap Laa ilaaha illallaah, tanpa mengandung kedustaan sedikit pun dalam hati. Kedustaan dalam keimanan adalah sifat orang-orang munafik. Allah ta’ala berfirman,

إِذَا جَاءَكَ الْمُنَافِقُونَ قَالُوا نَشْهَدُ إِنَّكَ لَرَسُولُ اللَّهِ وَاللَّهُ يَعْلَمُ إِنَّكَ لَرَسُولُهُ وَاللَّهُ يَشْهَدُ إِنَّ الْمُنَافِقِينَ لَكَاذِبُونَ

“Apabila orang-orang munafik datang kepadamu, mereka berkata: “Kami mengakui, bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul Allah”. Dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul-Nya; dan Allah bersaksi bahwa sesungguhnya orang-orang munafik itu benar-benar pendusta.” [Al-Munafiqun: 1]

Nabi Shalallahu ‘alahi wa sallam bersabda,

مَا مِنْ أَحَدٍ يَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللهِ صِدْقًا مِنْ قَلْبِهِ إِلاَّ حَرَّمَهُ اللَّهُ عَلَى النَّارِ

“Tidaklah seseorang itu bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang benar kecuali Allah dan Muhammad itu adalah hamba dan utusan-Nya, dia mengucapkannya dengan jujur dari lubuk hatinya, melainkan pasti Allah mengharamkan neraka atasnya.” [HR. Al-Bukhari dari Mu’adz bin Jabal radhiyallahu’anhu]

✅ Syarat Keenam: Ikhlas, yaitu niat semata-mata karena Allah ta’ala, bukan karena maksud dan tujuan lainnya. Allah ta’ala berfirman,

فَاعْبُدِ اللَّهَ مُخْلِصاً لَهُ الدِّينَ أَلا لِلَّهِ الدِّينُ الْخَالِصُ

“Maka sembahlah Allah dengan mengikhlaskan ibadah kepada-Nya. Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang ikhlas (bersih dari syirik).” [Az-Zumar: 2-3]

Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,

أَسْعَدُ النَّاسِ بِشَفَاعَتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَنْ قَالَ لاََ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ خَالِصًا مِنْ قَلْبِهِ أَوْ نَفْسِهِ

“Orang yang paling berbahagia dengan syafa’atku pada hari kiamat adalah orang yang mengucapkan Laa ilaaha illallaah dengan ikhlas dari hatinya atau dirinya.” [HR. Al-Bukhari dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu]

Juga sabda beliau shallallahu’alaihi wa sallam,

فَإِنَّ اللَّهَ قَدْ حَرَّمَ عَلَى النَّارِ مَنْ قَالَ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ. يَبْتَغِى بِذَلِكَ وَجْهَ اللَّه

“Sesungguhnya Allah mengharamkan neraka bagi orang yang mengucapkan Laa ilaaha illallaah semata-mata mengharapkan wajah Allah.” [HR. Al-Bukhari dan Muslim dari ‘Itban bin Malik radhiyallahu’anhu]

✅ Syarat Ketujuh: Mencintai (Al-Mahabbah), yaitu mencintai kalimat tauhid dan konsekuensinya berupa pemurnian ibadah kepada Allah ta’ala dan pengingkaran terhadap penghambaan kepada selain-Nya. Allah ta’ala berfirman,

وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَتَّخِذُ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَنْدَادًا يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ اللَّهِ وَالَّذِينَ آمَنُوا أَشَدُّ حُبًّا لِلَّهِ

“Dan diantara manusia ada yang menjadikan tandingan-tandingan (sekutu) selain Allah yang mereka cintai layaknya mencintai Allah. Sedangkan orang-orang yang beriman, lebih mencintai Allah.” [Al-Baqarah: 165]

✅ Syarat Kedelapan: Pengingkaran (Al-Kufran) terhadap semua sesembahan selain Allah ta’ala, yaitu menyalahkan semua sesembahan selain Allah ta’ala, tidak mempercayainya dan tidak pula menyembahnya, karena sesembahan yang benar dan patut diibadahi hanyalah Allah ta’ala. Allah ta’ala berfirman,

فَمَنْ يَكْفُرْ بِالطَّاغُوتِ وَيُؤْمِنْ بِاللَّهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَى لَا انْفِصَامَ لَهَا وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ

“Maka barangsiapa mengingkari thoghut (sesembahan selain Allah) dan hanya beriman kepada Allah, maka sesungguhnya dia telah berpegang teguh dengan ikatan yang amat kokoh (yakni kalimat Laa ilaaha illallah), yang tidak akan putus, dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” [Al-Baqarah: 256]

[Dinukil dari Buku "TAUHID, PILAR UTAMA MEMBANGUN NEGERI" karya Ustadz Sofyan Chalid Ruray, Lc hafizhahullah]

🌎 Sumber: https://www.facebook.com/sofyanruray.info/posts/889749261174557
══════ 🌺✿🌺 ══════ 
Repost by :  
☘ *MUSLIMAH ISTIQOMAH* ☘group sharing Artikel Islami menarik via WhatsApp seputar Muslimah (  _akhwat_ )
☎ Admin : +62 812-6978-3348
(utk bergabung silahkan kirim pesan via WA dgn format: #Nama#Kota Domisili#No WA)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar