Sabtu, 24 Februari 2018

Kisah Sahabat Abdullah bin Jahsy yang Jasadnya Dimutilasi Abu Zaid Amir

Kisah Sahabat Abdullah bin Jahsy yang Jasadnya Dimutilasi
Abu Zaid Amir



Kisah Sahabat Abdullah bin Jahsy yang Jasadnya Dimutilasi

Kisah Abdullah bin Jahsy- Sahabat Nabi yang sedang kita kaji saat ini memiliki hubungan erat dengan Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam. Dia adalah sahabat yang pertama kali mengibarkan panji Islam. Setelah itu dia menjadi orang yang pertama kali dipanggil sebagai Amirul Mukminin.

Dia juga termasuk orang pertama masuk Islam yakni termasuk dari Assabiqunal Awwalun. Ia masuk Islam sebelum Rasulullah masuk ke Darul Arqom. Lalu siapakah dia?

Dia adalah Abdullah bin Jahsy al-Asadi.

Biografi Abdullah bin Jahsy
Sebagaimana yang sudah saya tuliskan di paragraf pertama, bahwa dia memiliki hubungan yang erat dengan Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam. Dia sebagai sepupu Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wassalam.

Karna Ibu Abdullah bin Jahsy yang bernama Umaimah binti Abdul Muthalib adalah bibi bagi Rasulullah  Shalallahu alaihi wassalam. Selain menjadi sepupu Rasulullah, Abdullah bin Jahsy juga saudara ipar beliau, karena saudara perempuan Abdullah bin Jahsy al-Asadi yang bernama Zainab binti Jahsy adalah istri Rasulullah.

Latar Belakang Abdullah bin Jahsy

Beliau adalah sahabat Nabi yang pemberani, bukan penakut. Tidak ada kata lain selain dari itu.

Manakala Nabi mengizinkan para sahabat yang masuk Islam untuk hijrah ke Madinah (Yatsrib), Abdullah bin Jahsy menjadi orang kedua yang berangkat hijrah ke Madinah, sedangkan yang pertama adalah Abu Salamah.

Beliau Hijrah ke Madinah demi menyelamatkan agamanya, dan itu bukan lagi sesuatu yang berat bagi Abdullah bin Jahsy, karena sebelumnya ia pernah hijrah ke Habasyah.

Namun, bagi Abdullah bin Jahsy hijrah kali ini berbeda dari hijrah sebelumnya. Karna dia mengajak seluruh keluarganya, bersama istrinya, kerabatnya serta saudara-saudaranya. Baik laki-laki maupun perempuan, orangtua dan anak-anak muda, wanita muda dan wanita tua. Keluarga beliau adalah keluarga muslim, kabilahnya adalah kabilah Iman.

Ketika mereka hijrah ke Madinah, perkampungan Jahsy terlihat sangat sepi seperti tidak pernah ada penghuni sebelumnya. Hunian kosong melompong seolah-olah tidak pernah dijama manusia.

Tidak lama kemudian setelah kabilah Jahsy hijrah, beberapa pemuka Quraisy yakni Abu Jahal dan Utbah bin Rabi’ah berkeliling di sekitar Makkah untuk memastikan siapa saja yang sudah pergi berhijrah.

Utbah melihat perkampungan Bani Jahsy sangatlah sepi tanpa penghuni, ia berkata, "Perkampungan Bani Jahsy sudah kosong menangisi penghuninya."

Abu Jahal menjawab, "Siapa mereka sehingga perkampungan sampai menangisi mereka?"

Kemudian Abu Jahal mendekati rumah terkaya dan paling bagus di perkampungan itu, yakni rumah milik Abdullah bin Jahsy. Abu Jahal membuka pintu rumah tersebut dan bertindak seenaknya di dalam rumah itu seperti rumahnya sendiri.

Manakala kabar apa yang dilakukan Abu Jahal terhadap perkampungan Abdullah bin Jahsy dan rumahnya sampai ke telinga Abdullah, maka dia langsung menyampaikan kepada Rasulullah. Nabi bersabda: "Wahai Abdullah, apakah kamu tidak rela kalau Allah memberimu sebuah rumah di Surga dengannya kelak?"

Abdullah menjawab, "Ya wahai Rasulullah."
Nabi bersabda, "Itu untukmu." Mendengar jawaban Nabi, Abdullah bin Jahsy mulai tenang dan merelakan semuanya.

Bahkan Abdullah bin Jahsy menetap dengan tenang di Madinah dan belum pernah merasakan hidup tenang setenang saat setelah ia hijrah.

Ujian yang Dirasakan Abdullah bin Jahsy al-Asadi sampai Turun Qs. Al-Baqarah:217

Kisah Abdullah bin Jahsy belum sampai di sini. Karna masih banyak hikmah-hikmah yang ada di setiap perjalanan hidupnya.
Rasulullah sangat menghormati beliau, selain karena kerabat dekatnya, ia juga termasuk sahabat yang mulia.

Kala itu Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam memilih delapan sahabat untuk melakukan tugas militer pertama dalam islam. Di antara mereka adalah Abdullah bin Jahsy dan Saad bin Abi Waqash. Nabi bersabda, "Aku akan menjadikan orang yang paling kuat menahan lapar dan haus sebagai pemimpin kalian."

Kemudian Nabi menyerahkan panji-panji perang kepada Abdullah bin Jahsy. Dengan itu Abdullah bin Jahsy menjadi komandan perang pertama kali dalam sekelompok orang muslim.

Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam menentukan tujuan perjalanan Abdullah bin Jahsy, beliau memberinya surat dan memintanya untuk tidak membuka kecuali setelah berjalan 2 hari.

Setelah dua hari mereka melakukan perjalanan, Abdullah bin Jahsy membuka surat pemberian Rasulullah, yang isinya adalah:

"Jika kamu membaca suratku ini maka tetaplah berjalan sehingga kamu tiba di Nakhlah antara Thaif dan Makkah, awasi orang-orang Quraisy, kemudian sampaikan berita mereka kepadaku."

Begitu Abdullah bin Jahsy membaca surat itu ia berkata, "Kami mendengar dan menaati Rasulullah."

Kemudian Abdullah bin Jahsy berkata kepada pasukannya:

"Rasulullah memerintahku berangkat ke Nakhlah untuk mengawasi orang-orang Quraisy sehingga aku bisa menyampaikan berita mereka kepada Rasulullah.

Rasulullah melarangku memaksa siapapun dari kalian untuk tetap berangkat bersamaku, siapa di antara kalian yang ingin meraih syahadah maka silakan mengikutiku, namun siapa yang tidak ingin mendapatkannya maka silakan kembali tanpa ada kesalahan yang di tanggungnya."

Demikianlah pidato dari sang komandan pertama Islam kepada pasukannya. Pasukannya pun berkata, "Kami mendengar dan menaati Rasulullah, kami akan tetap bersamamu sebagaimana yang telah diperintahkan oleh Rasulullah."

Kemudian mereka berjalan sampai tiba di Nakhlah, mereka memulai aksinya. Yakni mengintai semua gerak gerik orang-orang Quraisy. Di saat mereka sedang melakukan tugas tersebut, mereka melihat kafilah dagang milik orang Quraisy dengan dikawal empat orang, mereka adalah Amru bin al-Hadhrami, al-Hakam bin Kaisan, Utsman bin Abdullah dan saudaranya al-Mughirah. Mereka membawa perniagaan Quraisy yang terdiri dari kulit, kismis dan sebagainya.

Melihat hal itu para sahabat berkumpul dan bermusyawarah. Membahas masalah yang besar, apakah para kabilah harus dibunuh atau dibiarkan. Karna pada saat itu mereka berada diakhir bulan haram. Dalam peraturan, bulan haram tidak diperbolehkan ada pertumpahan darah.

Salah satu dari sahabat berkata:

"Jika kita memerangi mereka maka kita memerangi mereka di bulan haram, jika hal itu kita lakukan maka kita tidak menghormati bulan haram, selain itu perbuatan kita akan mendapat cibiran dari orang-orang Arab. Namun jika kita membiarkan mereka sampai hari ini berlalu maka mereka akan masuk wilayah haram dan mereka dalam keadaan aman."

Mereka terus bermusyawarah, hingga akhirnya mereka sepakat untuk menyerang kafilah dagang orang Quraisy tersebut.

Para sahabat pun menyerang mereka dan membunuh salah satu dari mereka yaitu Amru bin al-Hadhrami dan menawan dua orang lainnya, sedangkan satu lagi berhasil melarikan diri.

Abdullah bin Jahsy dan pasukannya pun membawa dua tawanan tersebut serta membawa harta rampasan mereka ke Madinah.

Tatkala mereka menemui Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam,  beliau ternyata tidak menyetujui perbuatan Abdullah bin Jahsy dan teman-temannya. Rasulullah bersabda, "Demi Allah, aku tidak memerintahkan kalian untuk berperang, akan tetapi aku hanya memerintahkan kalian untuk mengetahui berita orang-orang Quraisy dan mengawasi gerak gerik mereka."

Nabi pun hanya membiarkan dua tawanan itu sebelum menetapkan keputusannya dan beliau tidak mengutak atik barang dagangan mereka.

Mendengar hal itu Abdullah bin Jahsy dan teman-temannya merasa sangat sedih dan bersalah karena telah menyelisihi perintah Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam.

Hal inilah yang membuat Albdullah bin Jahsy merasa sedang mendapat ujian. Bahkan ujian mereka semakin berat saat orang-orang Quraisy menganggap pasukan Abdullah bin Jahsy telah menghina Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam dan merusak nama baik beliau.

Orang-orang kafir Quraisy beranggapan bahwa Muhammad telah menghalalkan bulan haram, dia menumpahkan darah di dalamnya, merampas harta dan menawan orang-orang. Betapa sedihnya Abdullah bin Jahsy dan teman-temannya dan betapa malunya mereka terhadap apa yang mereka lakukan.

Ketika masalah tersebut membuat mereka semakin tidak tenang, akhirnya turunlah ayat yang membuat mereka dan Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam merasa tenang dan bahagia. Allah telah menurunkan wahyu mengenai peristiwa itu, yakni Qs. Al-Baqarah:217:

يَسْأَلُونَكَ عَنِ الشَّهْرِ الْحَرَامِ قِتَالٍ فِيهِ ۖ قُلْ قِتَالٌ فِيهِ كَبِيرٌ ۖ وَصَدٌّ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ وَكُفْرٌ بِهِ وَالْمَسْجِدِ الْحَرَامِ وَإِخْرَاجُ أَهْلِهِ مِنْهُ أَكْبَرُ عِنْدَ اللَّهِ ۚ وَالْفِتْنَةُ أَكْبَرُ مِنَ الْقَتْلِ

Artinya : "Mereka bertanya kepadamu tentang berperang pada buan haram, katakanlah, ‘Berperang dalam bulan itu adalah dosa besar, tetapi menghalangi manusia di jalan Allah, kafir kepada Allah, menghalangi masuk Masjidil Haram dan mengusir penduduknya dari sekitarnya lebih besar dosanya di sisi Allah. Dan berbuat fitnah lebih besar dosanya daripada membunuh." (Al-Baqarah: 217)

Setelah turun wahyu tersebut Rasulullah mulai tenang dan merelakan perbuatan Abdullah bin Jahsy dan teman-temannya.

Dengan turun ayat ini, membuat kejadian yang mereka alami (perampasan kabilah dagang kafir Quraisy) adalah menjadi suatu peristiwa yang besar bagi kaum muslimin.

Yakni harta rampasannya adalah harta rampasan yang pertama yang diraih oleh kaum muslimin, korbannya adalah orang musyrik pertama yang darahnya ditumpahkan oleh kaum muslimin, kedua tawanannya adalah dua tawanan pertama yang ditawan oleh kaum muslimin, panji-panjinya adalah panji-panji pertama yang dikibarkan oleh tangan Rasulullah, panglimanya adalah Abdullah bin Jahsy orang pertama yang dipanggil Amirul Mukminin.

Kisah Sahabat Nabi Abdullah bin Jahsy Tak hanya itu saja. Karna Abdullah bin Jahsy juga memperlihatkan kepahlawanannya dan keberaniannya dalam perang Badar dan perang Uhud.

Di dalam perang Uhud inilah Abdullah bin Jahsy meraih syahadah seperti halnya paman Rasulullah, Hamzah bin Abdul Muthalib.

Kisah Wafatnya Abdullah bin Jahsyi di Perang Uhud

Dikisahkan bahwa saat itu Abdullah bin Jahsy berperang bersama dengan sahabatnya, Saad bin Abi Waqash.
Ketika itu Abdullah bin Jahsy berkata kepada Saad bin Abi Waqash, "Berdoalah kepada Allah."

Saad bin Abu Waqqas menjawab, "Ya"

Lalu mereka berdua menepi di sebuah tempat, Saad berdoa kepada Allah, "Ya Rabbi jika aku bertemu musuh maka pertemukan aku dengan seorang laki-laki kuat dan berani, aku akan melawannya dan dia melawanku, kemudian limpahkanlah kemenangan kepadaku sehingga aku bisa membunuhnya dan mengambil hartanya."

Abdullah bin Jahsy mengamini doa Saad, lalu Abdullah bin Jahsy berdoa:

"Ya Rabbi jika aku bertemu musuh maka pertemukan aku dengan seorang laki-laki kuat dan berani, aku akan melawannya dan dia melawanku, kemudian dia menangkapku, memotong hidung dan telingaku.

Jika esok aku bertemu dengan Mu, maka Engkau akan bertanya kepadaku, ‘Kenapa hidung dan telingamu terpotong?’ Maka aku menjawab, ‘Karena Engkau dan Rasul Mu,’ Dan Engkau akan menjawab, ‘Kamu benar."

Saad bin Abi Waqash berkata, "Doa Abdullah bin Jahsy lebih baik dari doaku, aku melihatnya di sore hari dalam keadaan syahid dan dalam keadaan di cincang-cincang, hidung dan telinganya tergantung pada sebuah tali di pohon."

Allah telah mengijabah doa Abdullah bin Jahsy, Dia memuliakannya dengan syahadah. Lalu Rasulullah menguburkan jasadnya dalam satu liang lahad dengan paman Rasulullah, Hamzah bin Abdul Muthalib.

Sungguh sebuah kemuliaan yang diraih oleh Abdullah bin Jahys, semoga Allah merahmatinya.

Demikan kisah Abdullah bin Jahsy yang Jasadnya Dimutilasi namun akan diganti oleh Allah di Surga. Semoga Allah muliakan jasadnya dan ditempatkan ditempat yang tinggi di Surga. Amiin. Kami cinta sahabat.

Penulis: Admin

Referensi:

Shuwaru min Hayatis Shahabah Dr. Abdurrahman Ra'fat Basya

Tag Hafalan:

Abdullah bin Jahsy adalah sepupu dan ipar Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam.
Ibu Abdullah bin Jahsy adalah Umaimah binti Abdul Muthalib.
Saudara Abdullah bin Jahsy adalah istri Rasulullah yakni Zainab binti Jahsy.
Abdullah bin Jahsy adalah orang pertama yang dipanggil Amirul Mukminin
Abdullah bin jahsy adalah orang kedua yang hijrah ke Madinah.
Abdullah bin jahsy wafat saat perang uhud dengan tubuh yang tercincang-cincang.
Abdullah bin Jahsy menawan kafilah dagang milik orang Quraisy dengan di kawal empat orang, mereka adalah Amru bin al-Hadhrami, al-Hakam bin Kaisan, Utsman bin Abdullah dan saudaranya al-Mughirah.
Abdullah bin Jahsy merasa sedih karnanya, sampai turun Al-Baqarah:217 dan suasana kembali tenang

RPA

Apa RPA? Baca bonus Abana RPA dan Tag Hafalan

Ayah Bunda mensifati Abdullah bin Jahsy sebagai sahabat yang tegar, dia rela rumah dan perabotannya diambil oleh Kafir Quraisy, memilih mendapat gantinya Rumah di Surga
Do'a Abdullah bin Jahsy adalah bentuk keimanan Abdullah terhadap Allah
Ayah Bunda menekankan sifat Abdullah bin Jahsy yang "Sami'na wa ata'na" dia mendengar perintah Nabi saat membaca surat, dan dia taat terhadap perintah Nabi. Anak-anak juga harus diajarkan untuk mendengar perintah Ustadznya di kelas atau orangtuanya di rumah, lalu setelah mendengar dia harus taat.

Silahkan jika ada yang mau menambahkan :)

Sumber abanaonline.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar